PENDAHULUAN
Sebagaimana
kita pahami bersama, keunikan manusia atau salah satu keunggulan manusia
cliantara makhluk ciptaan Allah
adalah
kemampuan dirinya untuk mengolah
data. merangkum informasi, memanipulasi data, yang semuanya itu adalah bagian
dan proses berpikir. Aristoteles pernah berkata bahwa manusia adalah hewan yang
berpikir (man as the animal as reasons);
dalam ilmu manthiq kita mengenal al-insan
hayawanun nathiqun hewan yang berpikir’.’ Salah satu dan proses
berpikir itu, dia bertanya atau menyatakan sesuatu untuk mengambil satu posisi
tertentu (positioning), yang erat kaitannya dengan cara kita mengambil
keputusan atau mengambil kes impulan dan berbagai pernyataan dan kenyataan yang
ada.[1]
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar. Dalam
penalaran, proposisi dijadikan sebagai dasar penyimpulan yang disebut dengan
premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.[2]
Secara
garis besar makalah ini membahas tentang berpikir induktif dan deduktif. Induksi adalah suatu
proses berpikir yang bertolak dari satu arah atau sejumlah fenomena individual
untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran yang induktif
dapat dibedakan atas bermacam-macam variasi yang akan dijelaskan lebih lanjut
yaitu berupa generalisasi, hipotesis dan teori, analogi induktif, kausal, dan
sebagainya. Deduksi
merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari suatu proposisi
yang telah ada menuju kepada proposisi baru yang akan membentuk kesimpulan.
Dalam induksi, untuk menarik kesimpulan, maka penulis harus mengumpulkan bahan
– bahan atau fakta – fakta terlebih dahulu. Sementara dalam penulisan deduktif
penulis tidak perlu mengumpulkan fakta – fakta itu, karena yang diperlukan
penulis hanyalah suatu proposisi umum dan proposisi yang bersifat
mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang berhubungan dengan proposisi umum
tadi. Bila identifikasi yang dilakukan benar dan proposisinya benar,maka dapat
diharapkan bahwa kesimpulannya pun akan benar.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Induksi
Induksi
adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Metode berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal
khusus ke umum. Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan
evaluasi atas fenomena yang ada, maka disebut sebagai sebuah corak berpikir
yang ilmiah karena perlu proses penalaran yang ilmiah dalam penalaran induktif.
Pengertian
fenomena sebagai landasan induktif harus diartikan sebagai data maupun sebagai
pernyataan-pernyataan yang tentunya bersifat factual. Sehingga induksi dapat
berasal dari fenomena yang berbentuk fakta atau berbentuk pernyataan–pernyataan
(proposisi-proposisi).
2. Generalisasi
Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak belakang dari sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup
semua fenomena – fenomena itu. Generalisasi akan mempunyai makna penting, jika
kesimpulan yang diturunkan dari fenomena tadi bukan saja mencakup semua
fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada semua fenomena-fenomena lain yang
sejenis yang belum diselediki.
Mengenai
data atau fakta dalam pengertian fenomenal individual tadi, selalu terarah
kepada pengertian mengenai sesuatu hal yang individual. Dalam kenyataannya data
atau fakta yang dipergunakan itu sebenarnya merupakan generalisasi juga , yang
tidak lain dari sebuah hasil penalaran yang induktif.
Contohnya
(1) jika dipanaskan, besi memuai.
(2) Jika dipanaskan, tembaga memuai.
(3) Jika dipanaskan, emas memuai.
(4) Jika dipanaskan, platina memuai
(5) Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Generalisasi
sendiri dapat dibedakan menjadi loncatan induktif dan bukan loncatan induktif. Generalisasi yang
bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang
digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Dengan demikian
loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi
kepada seluruh suatu generalisasi yang jauh melampaui kemungkin yang diberi
oleh evidensi-evidensi itu. Generalisasi semacam ini menagandung kelemahan dan
mudah ditolak kalu terdapat evidensi-evidensi yang bertentangan. Tetapi jika
sampel yang dipergunakan itu secara kualitatif kuat kedudukannya, maka
generalisasi semacam itu juga akan kuat dan sahih sifatnya, apalagi jika bisa
diperbanyak lagi fakta atau evidensi yang menunjang. Bila berdasarkan beberapa
orang yang dijumpai suku A masih sangat terkebelakang, maka hal ini merupakan contoh yang jelas mengenai loncatan induktif.
Sedangkan generalisasi tanpa
loncatan induktif merupakan sebuah
generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan,
sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.Oleh karena itu,
perbedaan antara generalisasi dengan loncatan induktif dan tanpa loncatan
induktif sebenarnya terletak dalam persoalan jumlah fenomena yang diperlukan.
Sebenarnya
generalisasi merupakan proses yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Bagi
orang kebanyakan, generalisasi itu tidak lain dari penambahan setengah sadar
akan hal-hal umum berdasarkan pengalamannya dari hari ke hari. Bila suatu waktu
ia mendapat hardikan dari atasannya karena membuat kesalahan, maka belum ada
sikap yang timbul pada dirinya.
Tetapi
bila peristiwa semacam itu dialaminya berulang-ulang kali, juga dialami oleh
kawan-kawan lainnya, maka mau tidak mau akan timbul suatu generalisasi mengenai
atasan itu: Atasannya adalah seorang yang kejam. Arus baliknya akan
menimbulakan suatu sikap : karena atasan ini seseorang yang kejam, maka jangan
membuat kesalahan kecil sekalipun, agar tadak mendapat umpatan dan hardikan
yang tidak perlu.
3. Macam-Macam Induksi
Induksi dapat dibagi menjadi dua[3],
yakni:
a.
Induksi sempuna jika putusan umum itu merupakan penjumlahan dari putusan
khusus. Proses berpikir dari induksi yang sempurna terjadi apabila hasil
pengamatan terhadap kejadian atau fenomena sama sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahawa fenomena bersifat umum. Misalnya : Jika
dari masing-masing Mahasiswa pada suatu Fakultas, diketahui bahwa ia warga
Negara Indonesia. Maka dapat diadakan putusan (umum) semua Mahasiawa Fakultas
itu warga Negara Indonesia.
b.
Induksi tidak sempurna terjadia apabila proses berpikir dalam upaya
menarik kesimpulan terjadis ebagai akibat identifikasi terhadap kejadiana tau
fenomena dan pernyataan tidak lengkap atau ada rangkaian kata yang terputus.
Misalnya ada pernnyataan prevalensi karies gigi anak di Ketapang, Jakarta,
Kupang, Banyuwangi, dan Sanbas tinggi. Kemudian ditarik kesimpulan bahwa
prevalensi karies gigi aak Indonesia tinggi. Kesimpulan ini tidak sempurna
karena daerah-daerah tersebut tidak mewakili populasi anak Indonesia.[4]
Induksi tidak sempura ada dua macam lagi demi sifat
yang di milikinya dalam kekuatan putusan yang ternyata :
- Dalam ilmu alam (sciences) utusan yang tercapai melalui Induksi tidak sempurna berlaku umum, mutlak, jadi tak ada kecualinya. Hukum air mengenai pembekuannya tak mengizinkan pengecualiannya. Tidak ragu-ragu ilmu berani meramalkan tentang pembekuan itu.
- Ketika ilmu mempunyai objek yang terjadi bisa kena pengaruh dari manusia yang sedikit banyaknya dapat ikut menentukan kejadian-kejadian yang menjadi pandangan Ilmu, maka pula hal lainnya. Ilmu tersebut di namakan Ilmu sosial serta objek penyelidikannya terpengaruhi oleh kehendak manusia.
4. Pengertian Deduksi
Aristoteles (384—322 SM) merupakan
orang pertarna yang mengembangkan suatu
sistem logika deduktif untuk menjelaskan suatu persoalan.[5] Deduksi berasal dan kata Iatin deducere
yang terdiri dari
de yang berarti dari dan ducere
yang berarti mengantar atau memimpin.[6]
Deduksi
berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan
dari keadaan-keadaan yang umum.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
deduksi ialah jalan pikiran dari putusan umum kepada putusan khusus. Kalau
sudah diketahui bahwa putusan umum yang menjadi titik tolak jalan pikiran itu
benar, sehingga berlaku bagi semua dan tiap-tiap individu, yang dapat
dimasukkan ke dalam wilayah putusan umum itu, maka putusan khusus yang
merupakan kesimpulannya akan muncul dengan sendirinya, dan benar pula. Konklusi
hanya merupakan penegasan saja dari apa yang telah tersimpulkan pada putusan umum
itu.
Contohnya:
Pernvataan
1 : Semua karyawan dipercaya bahwa mereka tidak akan mencuri.
Pernyataan 2 : Zainal adalah scorang karyawan.
Kesimpulan : Zainal dipercaya, ia tidak akan mencuri
5.
Silogisme sebagai Perwujudan Proses Berpikir Deduktif
Silogisme adalah proses
penyimpulan yang sekurang-kurangnya
didahului dua pernyataan (proposisi atau premis) sebagai antesedens
(pengetahuan yang sudah dipahami) hingga membentuk suatu kesimpulan sebagai keputusan baru (konklusi atau konsekuensi). Keputusan baru,
sebagai konsekuensi logis, selalu
berkait dengan proposisi: jika
proposisi benar dengan sendirinya kesimpulan benar. ltulah sebabnya hal-hal berikut perlu kita cermati
dalam menyusun silogisme:
a.
Pernyataan pertama dalam silogisme disebut
premis mayor, sedangkan pernyataan kedua disebut premis minor.
b.
Silogisme tidak boleh mengandung lebih dan tiga premis. Sebaliknya.
kurang dan dua premis tidak ada silogisme, lebih dari tiga premis berarti tidak ada perbandingan.
c.
Jika kedua premis (mayor dan minor)
negatif, maka tidak dapat disimpulkan
Contohnya:
Semua batu bukan binatang
Anjing bukan batu
Jadi anjing bukan binatang
d. Jika
salah satu premis (mayor atau minor) negatif. maka tidak dapat disimpulkan.
Contoh
Siswa-siswi
SMU Kebangaan mengikuti upacara
bendera
Sania
bukan siswa SMU Kebangaan
Jadi, Sania tidk. mengikuti upacara bendera
e. Jika
salah satu
premis partikular (mayor atau minor), maka kesimpulan tidak sahih.
Contohnya:
Beberapa
orang kaya tidak tentram hidupnya
Amin orang
kaya
Jadi Amin
tidak tentram hidupnya (?)
f. Kedua
premis (mayor dan minor) tidak boleh particular
Contohnya:
Beberapa
orang kaya tidak bahagia
Orang jujur
bahagia
Jadi orang
kaya tidak jujur
KESIMPULAN
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum.
Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak belakang dari sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup
semua fenomena – fenomena itu. Generalisasi sendiri dapat dibedakan menjadi
loncatan induktif dan bukan loncatan induktif. Induksi dapat dibagi menjadi dua yakni induksi sempuna dan induksi tidak
sempurna.
Deduksi ialah jalan pikiran dari putusan umum kepada
putusan khusus. Wujud dari berpikir deduktif adalah silogisme. Silogisme merupakan proses penyimpulan yang sekurang-kurangnya didahului dua pernyataan (proposisi
atau premis) sebagai antesedens (pengetahuan yang sudah dipahami) hingga
membentuk suatu kesimpulan sebagai keputusan baru (konklusi atau konsekuensi). Silogisme adalah proses
penyimpulan yang sekurang-kurangnya
didahului dua pernyataan (proposisi atau premis) sebagai antesedens
(pengetahuan yang sudah dipahami) hingga membentuk suatu kesimpulan sebagai keputusan baru (konklusi atau konsekuensi).
[1] Tasmoro,
H.Toto, Menuju Muslim Kaffah: Menggali
Potensi Diri, Cet. 1, (Jakarta: Gema lnsani
Press, 2000) h248
[3] Poedjawijatna,
I.R., Logika Filsafat Berpikir, Cet.Ke-8,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), h70-71
[4] Dr. Budiharto, drg.,
Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi,
(Jakarta: EGC, 2008), h7
[5] Maryati,
Kun dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk
SMA dan MA Kelas XII, (Jakarta: ESIS, 2007), h96
[6] Tasmoro,
H.Toto, Menuju Muslim Kaffah: Menggali
Potensi Diri, Cet. 1, (Jakarta: Gema lnsani
Press, 2000) h248
Casino Bonus Codes December 2021 | JTM Hub
ReplyDeleteFind the best bonuses for 태백 출장샵 the UK's top casino 의정부 출장마사지 online ✔️ Enjoy exclusive games 나주 출장샵 and bonuses at the JTM UK Casino. Check 대구광역 출장샵 out our 춘천 출장마사지 promotions, welcome