Sunday, February 23, 2014

Berpikir Induktif dan Deduktif


PENDAHULUAN
Sebagaimana kita pahami bersama, keunikan manusia atau salah satu keunggulan manusia cliantara makhluk ciptaan Allah adalah kemampuan dirinya untuk mengolah data. merangkum informasi, memanipulasi data, yang semuanya itu adalah bagian dan proses berpikir. Aristoteles pernah berkata bahwa manusia adalah hewan yang berpikir (man as the animal as reasons); dalam ilmu manthiq kita mengenal al-insan hayawanun nathiqun hewan yang berpikir’.’ Salah satu dan proses berpikir itu, dia bertanya atau menyatakan sesuatu untuk mengambil satu posisi tertentu (positioning), yang erat kaitannya dengan cara kita mengambil keputusan atau mengambil kes impulan dan berbagai pernyataan dan kenyataan yang ada.[1]
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi dijadikan sebagai dasar penyimpulan yang disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.[2]
Secara garis besar makalah ini membahas tentang berpikir induktif dan deduktif. Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu arah atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran yang induktif dapat dibedakan atas bermacam-macam variasi yang akan dijelaskan lebih lanjut yaitu berupa generalisasi, hipotesis dan teori, analogi induktif, kausal, dan sebagainya. Deduksi merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari suatu proposisi yang telah ada menuju kepada proposisi baru yang akan membentuk kesimpulan. Dalam induksi, untuk menarik kesimpulan, maka penulis harus mengumpulkan bahan – bahan atau fakta – fakta terlebih dahulu. Sementara dalam penulisan deduktif penulis tidak perlu mengumpulkan fakta – fakta itu, karena yang diperlukan penulis hanyalah suatu proposisi umum dan proposisi yang bersifat mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang berhubungan dengan proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang dilakukan benar dan proposisinya benar,maka dapat diharapkan bahwa kesimpulannya pun akan benar.

PEMBAHASAN
1.      Pengertian Induksi
Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena yang ada, maka disebut sebagai sebuah corak berpikir yang ilmiah karena perlu proses penalaran yang ilmiah dalam penalaran induktif.
Pengertian fenomena sebagai landasan induktif harus diartikan sebagai data maupun sebagai pernyataan-pernyataan yang tentunya bersifat factual. Sehingga induksi dapat berasal dari fenomena yang berbentuk fakta atau berbentuk pernyataan–pernyataan (proposisi-proposisi).
2.      Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak belakang dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena – fenomena itu. Generalisasi akan mempunyai makna penting, jika kesimpulan yang diturunkan dari fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada semua fenomena-fenomena lain yang sejenis yang belum diselediki.
Mengenai data atau fakta dalam pengertian fenomenal individual tadi, selalu terarah kepada pengertian mengenai sesuatu hal yang individual. Dalam kenyataannya data atau fakta yang dipergunakan itu sebenarnya merupakan generalisasi juga , yang tidak lain dari sebuah hasil penalaran yang induktif.
Contohnya
(1)   jika dipanaskan, besi memuai.
(2)   Jika dipanaskan, tembaga memuai.
(3)   Jika dipanaskan, emas memuai.
(4)   Jika dipanaskan, platina memuai
(5)   Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Generalisasi sendiri dapat dibedakan menjadi loncatan induktif dan bukan loncatan induktif. Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada seluruh suatu generalisasi yang jauh melampaui kemungkin yang diberi oleh evidensi-evidensi itu. Generalisasi semacam ini menagandung kelemahan dan mudah ditolak kalu terdapat evidensi-evidensi yang bertentangan. Tetapi jika sampel yang dipergunakan itu secara kualitatif kuat kedudukannya, maka generalisasi semacam itu juga akan kuat dan sahih sifatnya, apalagi jika bisa diperbanyak lagi fakta atau evidensi yang menunjang. Bila berdasarkan beberapa orang yang dijumpai suku A masih sangat terkebelakang, maka hal ini merupakan  contoh yang jelas mengenai loncatan induktif.
Sedangkan generalisasi tanpa loncatan induktif merupakan sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.Oleh karena itu, perbedaan antara generalisasi dengan loncatan induktif dan tanpa loncatan induktif sebenarnya terletak dalam persoalan jumlah fenomena yang diperlukan.
Sebenarnya generalisasi merupakan proses yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Bagi orang kebanyakan, generalisasi itu tidak lain dari penambahan setengah sadar akan hal-hal umum berdasarkan pengalamannya dari hari ke hari. Bila suatu waktu ia mendapat hardikan dari atasannya karena membuat kesalahan, maka belum ada sikap yang timbul pada dirinya. Tetapi bila peristiwa semacam itu dialaminya berulang-ulang kali, juga dialami oleh kawan-kawan lainnya, maka mau tidak mau akan timbul suatu generalisasi mengenai atasan itu: Atasannya adalah seorang yang kejam. Arus baliknya akan menimbulakan suatu sikap : karena atasan ini seseorang yang kejam, maka jangan membuat kesalahan kecil sekalipun, agar tadak mendapat umpatan dan hardikan yang tidak perlu.
3.      Macam-Macam Induksi
Induksi dapat dibagi menjadi dua[3], yakni:
a.       Induksi sempuna jika putusan umum itu merupakan penjumlahan dari putusan khusus. Proses berpikir dari induksi yang sempurna terjadi apabila hasil pengamatan terhadap kejadian atau fenomena sama sehingga dapat ditarik kesimpulan bahawa fenomena bersifat umum. Misalnya : Jika dari masing-masing Mahasiswa pada suatu Fakultas, diketahui bahwa ia warga Negara Indonesia. Maka dapat diadakan putusan (umum) semua Mahasiawa Fakultas itu warga Negara Indonesia.
b.      Induksi tidak sempurna terjadia apabila proses berpikir dalam upaya menarik kesimpulan terjadis ebagai akibat identifikasi terhadap kejadiana tau fenomena dan pernyataan tidak lengkap atau ada rangkaian kata yang terputus. Misalnya ada pernnyataan prevalensi karies gigi anak di Ketapang, Jakarta, Kupang, Banyuwangi, dan Sanbas tinggi. Kemudian ditarik kesimpulan bahwa prevalensi karies gigi aak Indonesia tinggi. Kesimpulan ini tidak sempurna karena daerah-daerah tersebut tidak mewakili populasi anak Indonesia.[4]
Induksi tidak sempura ada dua macam lagi demi sifat yang di milikinya dalam kekuatan putusan yang ternyata :
  1. Dalam ilmu alam (sciences) utusan yang tercapai melalui Induksi tidak sempurna berlaku umum, mutlak, jadi tak ada kecualinya. Hukum air mengenai pembekuannya tak mengizinkan pengecualiannya. Tidak ragu-ragu ilmu berani meramalkan tentang pembekuan itu.
  2. Ketika ilmu mempunyai objek yang terjadi bisa kena pengaruh dari manusia yang sedikit banyaknya dapat ikut menentukan kejadian-kejadian yang menjadi pandangan Ilmu, maka pula hal lainnya. Ilmu tersebut di namakan Ilmu sosial serta objek penyelidikannya terpengaruhi oleh kehendak manusia.
4.      Pengertian Deduksi
Aristoteles (384—322 SM) merupakan orang pertarna yang mengembangkan suatu sistem logika deduktif untuk menjelaskan suatu persoalan.[5] Deduksi berasal dan kata Iatin deducere yang terdiri dari de yang berarti dari dan ducere  yang berarti mengantar atau memimpin.[6] Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa deduksi ialah jalan pikiran dari putusan umum kepada putusan khusus. Kalau sudah diketahui bahwa putusan umum yang menjadi titik tolak jalan pikiran itu benar, sehingga berlaku bagi semua dan tiap-tiap individu, yang dapat dimasukkan ke dalam wilayah putusan umum itu, maka putusan khusus yang merupakan kesimpulannya akan muncul dengan sendirinya, dan benar pula. Konklusi hanya merupakan penegasan saja dari apa yang telah tersimpulkan pada putusan umum itu.
Contohnya:
Pernvataan 1 : Semua karyawan dipercaya bahwa mereka tidak akan mencuri.
Pernyataan 2 : Zainal adalah scorang karyawan.
Kesimpulan : Zainal dipercaya, ia tidak akan mencuri
5.      Silogisme sebagai Perwujudan Proses Berpikir Deduktif
Silogisme adalah proses penyimpulan yang sekurang-kurangnya didahului dua pernyataan (proposisi atau premis) sebagai antesedens (pengetahuan yang sudah dipahami) hingga membentuk suatu kesimpulan sebagai keputusan baru (konklusi atau konsekuensi). Keputusan baru, sebagai konsekuensi logis, selalu berkait dengan proposisi: jika proposisi benar dengan sendirinya kesimpulan benar. ltulah sebabnya hal-hal berikut perlu kita cermati dalam menyusun silogisme:
a.       Pernyataan pertama dalam silogisme disebut premis mayor, sedangkan pernyataan kedua disebut premis minor.
b.      Silogisme tidak boleh mengandung lebih dan tiga premis. Sebaliknya. kurang dan dua premis tidak ada silogisme, lebih dari tiga premis berarti tidak ada perbandingan.
c.       Jika kedua premis (mayor dan minor) negatif, maka tidak dapat disimpulkan
Contohnya:
Semua batu bukan binatang
Anjing bukan batu
Jadi anjing bukan binatang
d.      Jika salah satu premis (mayor atau minor) negatif. maka tidak dapat disimpulkan.
Contoh
Siswa-siswi SMU Kebangaan mengikuti upacara bendera
Sania bukan siswa SMU Kebangaan
Jadi, Sania tidk. mengikuti upacara bendera
e.       Jika salah satu premis partikular (mayor atau minor), maka kesimpulan tidak sahih.
Contohnya:
Beberapa orang kaya tidak tentram hidupnya
Amin orang kaya
Jadi Amin tidak tentram hidupnya (?)
f.       Kedua premis (mayor dan minor) tidak boleh particular
Contohnya:
Beberapa orang kaya tidak bahagia
Orang jujur bahagia
Jadi orang kaya tidak jujur

KESIMPULAN
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak belakang dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena – fenomena itu. Generalisasi sendiri dapat dibedakan menjadi loncatan induktif dan bukan loncatan induktif. Induksi dapat dibagi menjadi dua yakni induksi sempuna dan induksi tidak sempurna.
Deduksi ialah jalan pikiran dari putusan umum kepada putusan khusus. Wujud dari berpikir deduktif adalah silogisme. Silogisme merupakan proses penyimpulan yang sekurang-kurangnya didahului dua pernyataan (proposisi atau premis) sebagai antesedens (pengetahuan yang sudah dipahami) hingga membentuk suatu kesimpulan sebagai keputusan baru (konklusi atau konsekuensi). Silogisme adalah proses penyimpulan yang sekurang-kurangnya didahului dua pernyataan (proposisi atau premis) sebagai antesedens (pengetahuan yang sudah dipahami) hingga membentuk suatu kesimpulan sebagai keputusan baru (konklusi atau konsekuensi).


[1] Tasmoro, H.Toto, Menuju Muslim Kaffah: Menggali Potensi Diri, Cet. 1, (Jakarta: Gema lnsani Press, 2000) h248
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran, diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
[3] Poedjawijatna, I.R., Logika Filsafat Berpikir, Cet.Ke-8, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), h70-71
[4] Dr. Budiharto, drg., Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi, (Jakarta: EGC, 2008), h7
[5] Maryati, Kun dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII, (Jakarta: ESIS, 2007), h96
[6] Tasmoro, H.Toto, Menuju Muslim Kaffah: Menggali Potensi Diri, Cet. 1, (Jakarta: Gema lnsani Press, 2000) h248

1 comment:

  1. Casino Bonus Codes December 2021 | JTM Hub
    Find the best bonuses for 태백 출장샵 the UK's top casino 의정부 출장마사지 online ✔️ Enjoy exclusive games 나주 출장샵 and bonuses at the JTM UK Casino. Check 대구광역 출장샵 out our 춘천 출장마사지 promotions, welcome

    ReplyDelete