PENDAHULUAN
Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkaitan dan
memiliki kepentingan dengan perusahaan. Stakeholder perusahaan dapat dibagi menjadi dua, yakni stakeholder
internal dan eksternal. Stakeolder internal misalnya karyawan, pemegang saham,
dan manajer. Sedangkan stakeholder pemerintah dan komunitas lokal. Hubungan
dengan semua stakeholder ini harus dijalin dengan baik agar keberlangsungan
perusahaan tetap berlanjut.
Hubungan dengan masyarakat atau
komunitas lokal perlu dibina, terutama apabila perusahaan akan memulai suatu
usaha yang diharapkan dapat mempengaruhi kehidupan lingkungan dimana kegiatan
itu dilakukan.[1]
Untuk memperoleh hasil optimasl
dalam menjalin hubungan dengan stakeholder diperlukan program yang memungkinkan
terjadinya komunikasi tatap muka. Dengan komunikasi secara langsung stakeholder
juga bisa memberikan reaksi secara langsung. Salah satu cara menjalin hubungan
dengan stakeholder ialah dengan melakukan lobi. Lobi dimaksudkan untuk
memperlancar tercapainya tujuan perusahaan dalam meloloskan keinginan-keinginan
mereka. Oleh karenanya pentingnya praktisi public relations untuk memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan baik, dimaksudkan untuk tercapainya hasil lobi
yang efektif.
Dalam melakukan lobi diperlukan kiat-kiat khusus dan
berbeda untuk bisa mendapakan hasil yang positif. Karena pendekatan yang sama
dalam lobi belum tentu membawa hasil yang sama bagi sasaran lobi yang lain.
Oleh karenanya penting untuk mengetahui sasaran lobi kita. Terutama ketika akan
melakukan lobi dengan pemerintah dan komunitas local. Karena mereka memiliki
karakter yang lebih rumit dibandingkan jika melakukan lobi dengan para pemegang
saham atau klien yang sama-sama memahami dunia bisnis.
Dalam melobi pemerintah, pemerintah masih menghitung
apakah hasil lobi ini akan menguntungkan pemerintah dengan masyarakat atau
tidak, mengganggu masyarakat atau tidak, dan pertimbangan yang lain. Begitu
pula ketika akan melobi komunitas local. Mereka masuh memperhitungkan
untung-rugi melakukan kerja sama dengan perusahaan bagi diri mereka.
Istilah lobi sendiri juga kerap diidentikkan dengan
hal negative. Oleh karenanya penting bagi praktisi public relations untuk
mengaeathui bagaimanakah lobi yang baik itu. Dan penting juga bagi mereka untuk
menjalin dan menjaga hubungan baik dengan sasaran lobi mereka agar membuahkan
hasil yang positif.
ISI
A.
Definisi
Lobi
Lobi merupakan salah satu kegiatan
yang harus dilakukan oleh seorang praktisi public relations. Secara umum lobi
berarti mempengaruhi pihak-pihak yang berwenang membuat kebijakan public agar
memperhatikan, mendukung, dan mengambil tindakan terhadap sebuah isu yang
sedang dibicarakan masyarakat. Melobi diartikan “melakukan pendekatan secara
tidak resmi”. Pelobian diartikan sebagai “bentuk partisipasi politik yang
mencakup usaha individu atau kelompok untuk menghubungi para pejabat pemerintah
atau pemimpin politik dengan tujuan mempengaruhi keputusan atau masalah yang
dapat menguntungkan sejumlah orang”. Oleh karenanya lobi terkadang disebut
dengan approaching (pendekatan). Dan orang yang melakukan lobi disebut dengan
lobbiest.
Menurut Tarsis Tarmudji, Lobi adalah
“sebuah (bentuk) pressure group yang mempraktikan seni mendapatkan teman yang
berguna dan mempengaruhi orang lain”.
A.B Susanto menyebutkan melobi
pada dasarnya merupakan “usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak-pihak
yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandangan positif terhadap topik
lobi, dengan demikian diharapkan memberikan dampak positif bagi pencapaian
tujuan”. Tarsis Tarmudji juga menegmukakan
pokok pikiran yang menjelaskan tentang lobi sebagai berikut:
a. Kegiatan
lobi melibatkan beberapa pihak yaitu pihak pelobi dan pihak yang dilobi.
b. Sasaran
pelobi, orang atau pihak yang dilobi adalah para pembuat undang-undang, pejabat
pemerintah, pimpinan politik dan sejumlah tokoh yang memiliki pengaruh dan
kekuasaan.
c. Kegiatan
lobi dapat dilakukan individual atau berkelompok dengan sasaran lobi juga
individual atau lembaga.
d. Kegiatan
lobi juga dimaksudkan untuk memperoleh teman yang berguna bagi pelobi maupun organisasi
e. Pelobi
melakukan kegiatan lobinya dengan tujuan untuk mempengaruhi mereka yang menjadi
sasaran lobi.
f.
Ada unsur pressure (tekanan)
pada saat kegiatan lobi tengah berlangsung
g. Lobi
adalah kegiatan yang bersifat informal.[2]
Secara umum,
dalam melakukan lobi strategi pendekatan yang harus dilakukan adalah:
a. Kenali
objek yang dituju, sehingga mengetahui betul seluk beluk objek yang akan dituju.
Oleh karenanya penting untuk mengumpulkan informasi mengenai sasaran sebelum
melakukan lobi.
b. Persiapkan
informasi, artinya bahan apa yang akan disampaikan harus dipersiapkan dengan
lengkap
c. Persiapan
diri, segalanya sudah dipersiapkan, baik mental dan kepercayaan diri, agar
tidak gugup ketika melakukan lobi
d. Berupaya
menarik perhatian sasaran lobi, sehingga mereka menyimak dengan baik pesan yang
diterima
e. Sajikan
pengiriman pesan dengan jelas agar dapat dipahami
f.
Penting juga untuk menjaga sopan
santun dalam melakukan lobi.
g. Usahakan
pembicaraan dalam lobi memberikan kesan yang menyenangkan, dan bila ada
kelanjutan, sasaran lobi tetap antusias. Oleh karenanya dibutuhkan kemampuan
berkomunikasi yang baik dalam melakukan lobi.[3]
B.
Melobi
Pemerintah
1.
Memahami
Karakteristik Pimpinan Pemerintah
Pemerintah
memiliki peranan sebagai regulasi, yakni peran pemerintah dalam hal menetapkan
dan mengeluarkan kebijakan, yang salah satunya terkait dengan penyekenggaraan
perusahaan. Namun dalam pelaksanaannya, biasanya pemerintah lupa akan
peranannya tersebut. Sehingga yang muncul adalah sangat kuatnya seseorang dari
lembaga yang tidak berhubungan dengan intitusi. Oleh karenanya penting untuk
memahami karakteristik pemerintah dalam melakukan hubungan. Karena setiap orang
dalam lembaga terdapat perbedaan sifat, pribadi, hobi, dan kebiasaan.
Perbedaan-perbedaan ini akan mempengaruhi dalam memimpin, berkomunikasi, dan
menanamkan nilai-nilai pelayanan kepada anak buahnya.
Selain
itu amanah sebagai pembuat regulasi terkadang menggoda pejabat pemerintah untuk
memanfaatkannya dalam mencapai kepentingan tertentu. Ada seperangkat alat yang
dimanfaatkan regulator sehingga masyarakat tidak berani memegangnya. Para
regulator dapat bersembunyi di balik undang-undang dan berbagai sanksi buat
yang berani melanggarnya. Kepribadian pejabat yang lain adalah ego mereka yang
kuat sehingga terkesan sombong.
Pemerintah
selain sebagai pembuat regulasi juga memiliki badan usaha atau perusahaan,
yakni BUMN. Fenomena yang ada, para pejabat ini sering merasa bahwa dirinya
adalah pemilik BUMN tanpa harus merasakan susahnya merintis dan mendirikan
perusahaan. Akibatnya mereka sering membuat kebijaakn yang tidak menguntungkan
pengusaha. Apabila pengusaha protes, mereka dianggap cengeng. Uniknya ketika
para pejabat memiliki kesulitan dalam hal pembiayaan Negara, mereka dengan
mudahnya menaikkan produk BUMN mereka. Hal ini didasari karena mereka tidak
memiliki pengalaman dalam hal mengatasi kesulitan biaya.
Kebiasaan
dan pemikiran pendek yang lain pada pejabat pemerintah meliputi:
a.
Masa kepemimpinan yang pendek
membuat mereka memanfaatkan kesempatan jabatan mereka dalam waktu terbatas yang
mereka miliki.
b.
Karena pada masa kampanye
mereka mengeluarkan banyak uang maka mereka melakukan pola hitung untung rugi
sebagai upaya balik modal atas uang yang telah mereka keluarkan dahulu.
c.
Gaji mereka yang sedikit tidak
sesuai dengan besarnya tanggunng jawab yang mereka pikul. Oleh karenanya mereka
membutuhkan dana ekstra yang tidak mungkin mereka ambil dari kantong pribadi
merea.
d.
Pejabat pemerintah merupakan
public figure sehingga mereka membutuhkan biaya ekstra bagi kesejahteraan
mereka dan keluarga mereka.
2.
Kepentingan
Pemerintah
Pemerintah
selain sebagai pembuat kebijakan dalam dunia usaha, pemerintah juga memiliki
kepentingan terhadap dunia usaha, yakni:
a. Dunia
usaha merupakan penggerak pembangunan yang memutar roda perekonomian dunia
sehingga diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga negara
b. Dunia
usaha merupakan aset terbesar pemerintah dalam pemungutan pajak
c. Dunia
usaha sebgai mitra pemerintah untuk mengelola hasil bumi dan kekayaan negara.[4]
Kepentingan
pemerintah yang besar ini sering dimanfaatkan oleh dunia usaha ketika
menghadapi krisis. Dengan membina hubungan yang baik dengan pemerintah maka
dunia usaha akan lebih mudah untuk mengatasi gangguan dan krisis pada usaha
mereka. Namun hal initidak bisa dilakukan terus-terusan oleh pengusaha karena
akan berdampaka pada citra buruk perusahaannya.
3.
Pentingnya
Melobi Pemerintah
Dalam
kegiatan Public Relations, pemerintah dianggap penting bukan saja karena
pemerintah adalah pengatur negara dan
pembuat keputusan penting, tetapi lebih dari itu. Pemerintah terdiri atas
orang-orang yang mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat dan
kegiatan bisnis.
Ada
dua alasan mengapa seseorang atau sebuah organisasi perlu untuk melakukan lobi
dengan pemerintah. Hal ini dikarenakan keberadaan pemerintah bisa menjadi
ancaman sekaligus kesempatan bagi perusahaan. Kebanyakan oraganisasi tidak
memperhatikan aktivitas wakil pemerintah yang mereka pilih. Padahal mereka bisa
memberikan ancaman dan tekanan yang bagi kelangsungan hidup organisasi.
Adakalanya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menyulitkan para pengusaha.
Misalnya saja pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan penjualan dan
penggunaan rokok. Di satu sisi hal ini berdampak baik pada kesehatan. Namun di
sisi lain akan membunuh kehidupan karyawan pabrik. Oleh karenanya akan sangat
naif sekali apabila perusahaan yang sumber pendapatannya terancam oleh
peraturan tanpa mencoba menghentikan atau memperkecil pengaruh peraturan tersebut.[5]
Sebagaimana
yang disebutkan di atas, bahwa pemerintah menarik pajak yang begitu tinggi pada
dunia usaha. Namun mereka hanya membelanjakan sedikit dana tersebut. Hal ini
bisa dimanfaatkan oleh oragnisasi tertentu untuk menggunakan dana tersebut.
Misalnya LSM peduli lingkungan hidup. Mereka bisa meminta kepada Menteri
Lingkunga Hidup untuk membiayai program yang mereka kerjakan. Dalam prosesnya
organisasi tersebut mencari-cari pembenaran atas anggaran mereka sekaligus
pemebenaran akan keberadaan mereka. Kesempatan yang lain ialah pemerintah
merupakan pelanggan terbesar perusahaan. Misalnya dalam bidang IT atau
pertahanan. Selain itu terkadang pemerintah membeli produk perusahaan dalam
jumlah yang besar untuk menyeimbangkan harga pasar.
Pembinaan
hubungan yang baik antara perusahaan dan pemerintah, selain untuk mengurangi
ketidakpastian karena salah membaca tanda-tanda peraturan, juga untuk
mempercepat proses birokasi atas segala bentuk perizinan, meningkatkan
pemahaman satu sama lain, dan memperoleh perlindungan pemerintah dalam
menghadapi krisis.
Adanya pejabat PR yang khusus berhubungan dengan pihak-pihak
pemerintahan untuk kepentingan perusahaan bukanlah hal yang dilarang. Pemerintah
membutuhkan kalangan perusahaan begitu juga sebaliknya dalam menyukseskan
beberapa program yang dibuat untuk kepentingan masyarakat luas pada umumnya dan
perusahaan khususnya.
Dengan
demikian melakukan lobi adalah suatu keharusan, yang harus diperhatikan dalam
kegiatan government relations. Lewat
lobi tidak berarti segala sesuatu bisa dibeli, karena itu meski lobi perlu dan
ditujukan pada orang penting dalam pemerintahan maka lakukanlah dengan
profesionalisme tinggi.
Alasan
untuk melakukan lobi oleh PR terhadap pemerintah menurut Frank Jefkins adalah:
a. Segala
bentuk campurtangan pemerintah, seperti kebijakan ekonomi, peraturan
perpajakan, dan sebagainya akan memebrikan dampak bisnis perusahan
b. Beberapa
bisnis menjadi sukses karena mereka telaten mengadakan dialog dengan pemerintah
c. Suatu
aspek penting dalam pemerintahan demokratis adalah pendiskusian berbagai
rencana dan rancangan undang-undangnya dengan pihak-pihak terkait yang akan
terkena dampaknya.
d. Dipihak
parlemen juga ada kelompok lobi.
e. Penting
untuk mendapatkan informasi dan bahkan mengadakan pertemuan serta mengenal para
anggota parlemen, terutama yang berkepentingan pada bidang bisnis perusahaan
dan memerlukan informasi tentang apa yang perusahaan kerjakan.
f.
Anggota parlemen adalah
pembentuk opini. Kalau anda tidak tahu mereka, maka jangan salahkan mereka jika
mereka tidak tahu anda.[6]
4.
Melakukan
Lobi dengan Pemerintah
Selama
ini kegiatan melobi dengan pemerintah dinggap dengan KKN atau melakukan
kecurangan. Namun hal ini tidak sepenuhnya dilarang asalkan dengan menggunakan
cara-cara yang baik dan tidak dilakukan dengan penyuapan, pengancaman dan
sejenisnya. Menurut Lionel Zetter, cara terbaik melobi dengan pemerintah adalah
dengan memberikan argumen yang masuk akal dan smart. Argumen adalah cara yang
biasanya cukup ampuh untuk mempengaruhi pegawai pemerintah.[7]
Selain
argumen, penting juga untuk memberikan fakta dan rancanagn undang-undang yang
telah disiapkan dan siap digunakan untuk para politisi. Para pelobi juga harus
memastikan ada yang menjadi penghubung antara publik dengan sektor swasta.
Dengan adanya orang yang melakukan lobi, maka para menteri akan memperoleh
pandangan yang lebih seimbang. Oleh karenannya lobi tidak hanya diperbolehkan
tapi juga harus dikembangkan.[8]
Selain
itu, dengan kita memahami karakter pimpinan pemerintah, maka dalam melakukan
lobi dengan pemerintah, hal-hal yang harus kita lakukan adalah:
a.
Melakukan pendekatan dan
pengkajian ulang pada gaya kepemimpinan. Karena masing-masing pimpinan memiliki
karakter yang berbeda. Begitu pula dengan budaya oragnisasi disetiap
departemennya juga berbeda. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang positif
terhadap lobi yang dilakukan.
b.
Dibutuhkan seni, kiat-kiat
khusus, dan kerja keras untuk melakukan lobi dengan pemerintah karena mereka
memiliki karakter ego yang kuat.
Ada
dua bentuk lobi yang kerap dilakukan oleh praktisi PR Negara maju dalam melobi
pemerintah, yakni:
1. Gross-roots
Lobbying
Jika lobi secara tradisional dilakukan
dengan secara langsung atau tatap muka, maka pada gross-roots lobbying
dilakukan dengan sebaliknya. Para pelobi menggerakkan masyarakat pemilih karena
dari merekalah para pembuat kebijakan dipilih. Aksi ini dipelopori oleh tokoh
perlindungan konsumen, Ralph Nader.
2. Political
Action Commitees
Bagi Negara maju, komite ini masih
dianggap kontroversial. Komite ini dibentuk oleh perusahaan besar dengan maksud
untuk meloloskan calonnya sebagai pemegang kebijakan. Jika kandidat tersebut
menang, maka secara tidak langsung dia tidak akan membuat kebijakan yang
merugikan perusahaan.[9]
C.
Melobi
Komunitas Lokal
Komunitas
lokal adalah masyarakat yang bermukim atau mencari nafkah di sekitar pabrik,
kantor, gudang, tempat pelatihan, tempat peristirahatan, atau di sekitar aset
tetap perusahaan lainnya. Dalam pelaksanaan fungsi PR, komunitas lokal
dipandang sebagai suatu kesatuan dengan
perusahaan yang memberi manfaat timbal balik. Hubungan timbal balik tersebut
bukanlah melulu berarti bahwa suatu komunitas adalah kumpulan orang-orang yang
saling berbagai dalam memanfaatkan suatu fasilitas. Lebih jauh,komunitas adalah
suatu organisme sosial yang saling berinteraksi.
Bentuk
kesatuan antara keduanya itu dipengaruhi oleh siapa yang datang lebih dahulu
(pabrik atau penduduk) di lokasi tersebut, sifat lokasi terhadap perusahaan
(sumber input bagi perusahaan atau daerah output/pasar bagi perusahaan),
isolasi daerah terpencil dan latar belakang historis. Komunitas lokal juga
dapat dipandang dalam dua lingkungan, yakni lingkungan mikro dan lingkungan
makro. Hubungan timbal balik tersebut mempengaruhi pola pekerjaan PR, sehingga
pada jenis industri yang sama bisa jadi penekanan peran PR berbeda cukup jauh.
1.
Komunitas
Makro dan Mikro
Komunitas
sebagai organisme sosial mempunyai struktur yang berlapis-lapis. Sebuah
perusahaan yang berdiri di suatu daerah mempunyai hubungan yang dekat dengan
orang-orang yang hidup atau bertempat tinggal atau berusaha di sekitarnya.
Tetapi, perusahaan juga menjadi warga suatu kota tertentu, bahkan milik bangsa
tertentu. Semakin besar suatu perusahaan, semakin besar keterkaitan perusahaan
dengan komunitas makronya.
PT
Gudang Garam mempunyai komunitas mikro kota Kediri. Di kota Kediri, PT Gudang
Garam mempunyai peranan yang sangat besar bagi pendapatan daerah dan dan
pembangunan daerah. Kebijakan perusahaan selalu dipantau oleh pemerintah daerah karena mempunyai dampak
timbal balik. Dalam kerangka yang lebih luas, PT Gudang Garam juga menjadi
anggota komunitas bangsa ini. Kebijakan pemerintah dan perusahaan saling
berpengaruh. Isu-isu pada kerangka makro antara lain adalah tentang harga dan
pasokan bahan baku (cengkeh dan tembakau), pita cukai, jumlah tenaga yang
ditampung, teknologi pelintingan tembakau (SKT – sigaret kretek tangan dan
SKM-sigaret kretek mesin), dan sebagainya. Semakin luas komunitas makro
perusahaan, semakin besar pula kegiatan PR ditangani oleh spesialis tertentu,
misalnya Government Public Relations, Community Relations, Press Relations, dan
sebagainya. Dan semakin nyata keberadaan perusahaan di komunitas makro
tersebut, semakin tak terhindarkan bagi perusahaan untuk terlibat dalam
kegiatan kemasyarakatan nasional.
2.
Harapan
Komunitas terhadap Industri
Untuk
menjalankan perannya dengan baik, seorang praktisi PR perlu memahami apa yang
diharapkan oleh komunitasnya. Memang, perusahaan memperoleh sebagian besar
karyawan dari komunitasnya. Perusahaan juga menjual produk kepada komunitasnya.
Perusahaan membayar pajak, cukai, dan terkadang memberi hadiah, sumbangan, sponsor, bea siswa dan sebagainya
kepada publik. Namun perusahaan juga menghasilkan limbah, kebisingan,
kemacetan, dan pemogokan. Ada beberapa
hal yang diharapkan masyarakat dari suatu industri, yaitu:
a. Pendapatan
(income)
Komunitas
mengharapkan adanya perputaran uang melalui gaji dan upah karyawan, melalui
pembelian dari pemasoh lokal atau melalui pembayaran pajak.
b. Penampilan
(Appearance)
Komunitas
mengharapkan agar perusahaan membangun gedung yang enak dipandang, dan bahkan
dapat dijadikan simbol kota. Orang Amerika umumnya belum merasa sampai di
Chicago, sebelum menaiki Sears Tower (gedung tertinggi diChicago yang dimiliki
oeleh perusahaan eceran terkemuka Sears & Roebuck), demikian pula dengan
Trump Plaza di New York.
c. Partisipasi
Hadirnya
perusahaan di suatu lokasi menimbulkan interaksi antara perusahaan dan
masyarakatnya. Dalam kegiatan kemasyarakatan, perusahaan bisa berbagi fasilitas
seperti sekolah, taman bermain, tempat beribadah, tempat parkir, sarana
olahraga, dan sebagainya.
d. Stabilitas
Kegiatan
bisnis yang terlalu agresif sering menimbulkan hal yang tidak diharapkan: PHK
atau likuidasi. Masyarakat mengharapkan adanya kesinambungnan dan pertumbuhan
yang stabil.
e. Kebanggaan
Banyak tempat
di dalam peta dunia ini dikenal sebagai tempat asal perusahaan besar menyebut
nama barang-barang buatan Fuji, Honda, Sony dan lain-lain orang akan segera
ingat Jepang. Begitu pula, ketika orang menyebut gudeg kita ingat Yogyakarta.
3.
Melakukan
Lobi kepada Komunitas Lokal
Keberadaan
komunitas local bagi sebuah perusahaan memang tidak bisa dianggap remeh. Karena
mereka yang menerima dampak langsung dari kegiatan produksi perusahaan. Apalagi
bagi sebuah perusahaan yang hendak mendirikan atau melakukan kegiatan produksi
di suatu daerah. Mereka memerlukan perizinan dari warga setempat. Selain itu
keberadaan komunitas local juga bisa mempengaruhi pembuatan kebijakan oleh
pemerintah.
Oleh karenanya
perusahaan harus melakukan pendekatan-pendekatan dan menjalin hubungan baik
dengan komunitas local. Tidak cukup hanya dengan memberikan sumbangan kepada
komunitas local, tapi perusahaan juga harus memberikan kontribusi bagi
komunitas local tersebut. Komunikasi yang baik dengan mereka juga hrus
dipelihara.
Selain itu
penting juga untuk mengetahui siapa sajakah tokoh yang berpengaruh dalam masyarakat.
Dengan mengetahui opinion leader dalam masyarakat, maka perusahaan bisa dengan
mudah melakukan lobi dengan komunitas local. Sasaran lobi dalam melakukan lobi
dengan komunitas local ialah:
a. Kalangan
kosmopolit, yakni golongan masyarakat yang memiliki kemapuan dan pengetahuan
yang cukup luas dantidak diragukan lagi kredibitasnya.
b. Tokoh
masyarakat yang sudah dikenal dengan baik kredibilitas, integritas, dan
reputasinya.
c. Pimpinan
komunitas local setempat, baik itu pimpinan pemerintahan maupun pimpinan
gank-gank yang ada di masyarakat.
Dalam
melakukan lobi dengan komunitas local juga harus memperhatikan adat istiadat
daerah setempat. Hormati kepentingan-kepentingan mereka dan berikan perhatian
kepada mereka. Jika perusahaan telah memiliki hubungan dan kepercayaan yang
baik dengan komunitas local, maka kegiatan lobi dapat berjalan dengan mudah dan
membuahkan hasil yang positif. Namun yang lebih terpenting lagi ialah, perusahaan
harus memenuhi janji yang mereka buat dala lobi tersebut untuk meningkatkan
kepercayaan komunitasl local terhadap perusahaan.
KESIMPULAN
Kegiatan
praktisi PR yang lain ialah melaukan lobi. Lobi merupakan suatu pendekatan
tidak resmi dengan maksud untuk mempengaruhi pembuat kebijakan. Dari sekian
stakeholder perusahaan , lobi lebih
sering dilakukan pada pemerintah dan komunitas local. Hal ini juga sebagai
bentuk menjalin hubungan dengan stakeholder ttersebut.
Dalam
melakukan lobi dengan pemerintah maka perlu untuk memahami karakteristik dan
kebiasaan mereka serta kepentingan pemerintah terhadap perusahaan. Dengan
demikian diharapkan lobi yang dialkukan dapat memberikan hasil yang positif
bagi perusahaan. Lobi kepada pemerintah merupakan hal yang penting untuk
dilakukan. Hal ini terkait pada keberadaan pemerintah sebagai ancaman sekaligus
peluang bagi perusahaan. Karena seringkali kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah tidak hanya berseberangan dengan perusahaan namun juga memberikan
peluang-peluang positif bagi perusahaan.
Sayangnya
kegiatan lobi dengan pemerintah ini masih dianggap tabu oleh masyarakat dan
rentan KKN. Padahal jika dilakukan
dengan benar, melobi pemerintah ini dapat dijadikan refrensi bagi para pembuat
kebijakan dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang ada. Ada dua cara yang
kerap dilakukan oleh PR di negara maju dalam melakukan lobi dengan pemerintah.
Yang pertama ialah gross-roots lobbying, yakni lobi dengan menggerakkan
masyarakat pemilih dan yang kedua ialah political action commitees, yakni
memenangkan kandidat dari perusahaan sebagai pembuat kebijakan dalam
pemerintahan.
Selain
pemerintah, komunitas local juga termasuk pihak yang kerap menjadi sasaran
lobi. Karena keberadaan mereka turut mempenagruhi aktivitas perusahaan daaannn
mempengaruhi kebijakan yang dibuat pemerintah. Dalam melakukan lobi dengan
komunitas local diperlukan pendekatan-pendekatan yang baik dan mengetahui
opinion leader mereka. Selain itu perrrusahaan juga perlu untuk memperhatikan
adat istiadat daerah setempat dan berpartisipasi dalam kegiatan yang
berhubungan dengan komunitas tersebut.
Apabila
komunikasi dan hubungan dengan komunitas local sudah terjalin dengan baik, maka
lobi yang kerap dilakukan dapat membuahkan hasil yang positif. Ketika lobi
sudah berhasil, perusahaan harus bisa memenuhi janji mereka dalam lobi tersebut
guna meningkatkan kepercayaan komunitas local terhadap perusahaan.
[1] F.Rachmadi, Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan
Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992),h
60
[2] Zainal Abidin
Partao, Teknik Lobi dan Diplomasi untuk
insane Public Relations. (Jakarta, Indeks kelompok Gramedia, 2006)
[3] Elvinaro Ardianto, Public Relations Praktis: Pendekatan Praktis
Menjadi Komunikator, Orator, Presenter dan Juru Bicara Handal, (Bandung:
Widya Padjajaran, 2008), h110-111
[4] Rhenald Kasali,
Manajemen Public Relations: Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1994), h118
[5] Anne Gregory, Public Relations dalam Praktik, (Jakarta:
Erlangga. 2005), h82
[6] Zainal Abidin
Partao, Teknik Lobi dan Diplomasi untuk
insane Public Relations. (Jakarta, Indeks kelompok Gramedia, 2006)
[7] Dina
Indrasafitri, Bekerja sebagai Public
Relations, (Jakarta: Erlangga. 2008), h51
[8] Anne Gregory, Public Relations dalam Praktik, (Jakarta:
Erlangga. 2005), h82
[9]
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations: Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1994), h123-124
No comments:
Post a Comment