PENDAHULUAN
Menurut Payaman J. Simanjutak hubungan industrial merupakan
hubungan semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas produksi barang atau
jasa pada sebuah perusahaan,[1]
atau yang kemudian akrab disebut sebagai stakeholder. Hubungan industrial
antara perusahaan dengan para stakeholdernya tersebut harus dibina dengan baik
karena kebaradaan masing-masing stakeholder memberikan kontribusi pada
perusahaan. Salah satu hubungan dengan stakeholder misalnya hubungan antara
perusahaan dengan karyawannya.
Keberadaan karyawan dalam sebuah perusahaan memang memberikan
kontribusi besar bagi perusahaan. Karena mereka yang bersinggungan langsung
dengan proses produksi perusahaan. Dalam hubungan industrial hubungan antara
perusahaan dengan karyawan kerap terjadi perselisihan. Karyawan merasa tidak
dianggap sebagai bagian perusahaan sedangkan perusahaan meyakini sudah
memberikan pelayanan yang baik bagi karyawannya. Komunikasi internal antara
perusahaan dan karyawan pun kerap tidak dilakukan sehingga tidak memberikan
dampak positif bagi kedua belah pihak. Biar bagaimana pun keberadaan karyawan dalam
sebuah perusahaan memang memberikan kontribusi besar bagi perusahaan. Karena
mereka yang bersinggungan langsung dengan proses produksi perusahaan.
Tak banyak memang perusahaan yang mempraktekkan effektifitas
komunikasi internal dan menjalin hubungan industrial yang baik dengan karyawan.
Umumnya perusahaan-perusahaan yang besar dan memiliki kepedulian dengan
karyawannya yang mampu melakukan hal tersebut. Bahkan mereka rela memberikan
sebagian kecil keuntungan mereka untuk mensejahterakan karyawannya. Salah
satunya ialah PT ECCO Indonesia, sebuah perusahaan asing yang berada di daerah
Candi, Sidoarjo.
ECCO merupakan perusahaan sepatu asal Denmark yang didirikan oleh
Karl Toosbuy. Pada awalnya perusahaan ini bernama Venus. Namun kemudian diganti
karena nama tersebut telah dimiliki oleh perusahaan sejenis. Filosofi ECCO
adalah Pleasant Walking atau berjalan kaki yang menyenangkan. Hal ini
dikarenakan cita-cita ECCO untuk membuat kegiatan berjalan kaki menjadi
pengalaman yang menyenangkan. Sepatu-sepatu ECCO ditunjukan untuk orang-orang
yang memiliki gairah hidup dan semangat yang tinggi. Yang hal ini diwujudkan
pula melalui produk yang dihasilkan daari kombinasi bahan yang berkualitas
tinggi, teknologi, dan pekerjaan tangan manual.[2]
Pada tahun 1991 ECCO mengembangkan usahanya dengan mendirikan PT
ECCO Indonesia (PT EI), yang merupakan ECCO terbesar untuk daerah Asia
Tenggara. Daalam kurun waktu 30 tahun PT EI telah berkembang menjadi perusahaan
manufaktur local kecil menjadi kelompok internasional besar. Dan saat ini PT EI
telah memperkerjakan lebih dari 5000 karyawan.
ECCO Indonesia sangat memperhatikan karyawan mereka. Hal ini tampak
pada visi PT EI yakni maju bersama seluruh karyawan, PT EI untuk menjadi
perusahaan sepatu terbaik dengan standart kelas dunia, investasi
berkesinambungan dalam fasilitas dan peralatan teknologi modern. Bahkan dalam
10 komitmen ECCO juga disebutkan ECCO memberikan kesempatan yang sama dan
melarang diskriminasi kerja, menghormati kebebasan beragama dan berserikat, dan
berharap para pekerjanya dapat sampai ditempat kerja secara aman, bebas dari
gangguan, kekerasan serta menghindari
segala bentuk kerja paksa.
Komitmen PT EI untuk mensejahterakan karyawannya tidak terbatas
pada slogan atau pun visi saja tapi juga dilaksanakan secara riil. ECCO
seringkali mengadakan berbagai event untuk mempererat hubungan dengan
karyawannya, bahkan dengan keluarga karyawan (family gathering). Fasilitas yang
ada di perusahaan juga menunjukkan kepedulian PT EI terhadap karyawanya, misalnya
musholla, klinik, ambulance, koperasi, kantin, dan lain-lain. Ia juga
memberikan pelayanan yang baik dengan karyawan, misalnya penyediaan jasa
antar-jemput bagi yang bekerja shift malam, pemberian cuti hamil-melahirkan,
jamsostek, reward bagi karyawan yang berprestasi, kupon makan di kantin secara
gratis, dan lain sebagainya.
Namun yang lebih penulis tekankan disini ialah program peningkatan
kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa inggris, yang diberikan oleh PT EI
bagi karyawannya. ECCO yang berkomitmen untuk maju bersama seluruh karyawan,
menyadari betul pentingnya menguasai bahasa Inggris sebagai bentuk adaptasi
atas kedatangan globalisasi. Oleh karenanya PT EI menyediakan kursus secara
gratis bagi karyawannya yang ingin mengembangkan kemampuan berbahasa inggris
mereka. Program ini mulai dilaksanakan pada tahun 2006. Dan untuk menambah
motivasi karyawan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa inggris mereka, PT EI
menaikkan upah karyawan atau kenaikan jenjang karir bagi karyawannya yang memiliki
kemampuan bahasa inggris secara aktif.
KAJIAN TEORI
MENGELOLA STAKEHOLDERS
Suatu perusahaan yang
tumbuh dan berkembang di dalam suatu masyarakat akan selalu menghadapi tekanan,
baik yang berasal dari luar perusahaan itu sendiri maupun dari dalam. Tugas PR
dalam hal ini adalah membina hubungan yang baik dengan pihak-pihak tersebut
melalui suatu proses komunikasi. Pihak-pihak tersebut adalah khalayak sasaran
kegiatan PR, dan disebut Stakeholders.
Stakeholders adalah
setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai
peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula
setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.
Sering timbul salah
paham pada masyarakat awam bahwa ruang lingkup pekerjaan PR terbatas pada
stakeholsers eksternal. Anggapan ini tidak benar, karena PR bertugas membina
hubungan yang serasi dan saling percaya, baik dengan pihak-pihak di luar
perusahaan, maupun dengan pihak-pihak di dalam perusahaan melalui proses PR
(komunikasi). Secara umum, stakeholders
yang membantu kegiatan PR meliputi masyarakat (komunitas), calon karyawan (next
generations), karyawan dan manajemen, supplier, investor, distributor,
kreditor, pemerintah, konsumen, tokoh masyarakt, dan LSM. Sedangkan stakeholder
sasarn PR dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni stakeholders internal dan
stakeholders eksternal.
A. Stakeholders
Internal
Di masa-masa lalu,
perhatian seorang praktisi PR selalu tertuju pada stakeholders eksternal.
Alasannya, stakeholders internal relatif mudah untuk dikendalikan dan pekerjaan
untuk komunikasi intern bisa diserahkan kepada bagian lain seperti bagaian
kepegawaian, atau malah dirangkap langsung oleh eksekutif puncak.
Ketika iklim investasi
tumbuh dengan baik di Indonesia, muncullah persaingan antar perusahaan yang
tidak hanya terbatas pada bagaimana menangkap konsumen atau mempertahankannya,
melainkan juga menangkap dan mempertahankan manajer dan karyawannya. Maka
perusahaan memerlukan bantuan ahli komunikasi yang diperankan oleh praktisi PR.
Unsur-unsur stakeholders internal itu adalah sebagai berikut:
1. Pemegang Saham
Pemegang sahan atau
pemilik perusahaan di kebanyakan negara yang baru mulai melakukan pembangunan
industrinya ternyata mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Hal ini disebabkan
oleh karena masih mudanya usia perusahaan dan seluruh karyawan mengidentikkan
pemilik sebagai pemimpin spiritual perusahaan.
Kebanyakan perusahaan
di tanah air menjelang akhir abad ke-20 ini. Pemilik mempunyai peranan yang
sangat besar karena kalaupun sudah go
public, mayoritas saham masih dikuasai pemilik yang sama. Pada tahapan ini
perusahaan mempunyai ciri-ciri sebagai perusahaan muda, yaitu:
DIMENSI
|
KETERANGAN
|
|
Pemilik, merangkap pimpinan puncak.
Informal, one-man show.
Single produk, berkembang tak tentu
arah menjadi komglomerat.
Pertumbuhan (Growth), dan survival.
Umumnya muda, relatif menengah.
Berasal dari luar negeri, berdasarkan
lisensi atau membeli.
Bervariasi (simpel-kompleks).
Sedikit.
Clan (menggunakan cara-cara
kekeluargaan, nonbirokratis).
Dilakukan oleh pemilik.
Personal, paternalistik.
Individualitas, kewirausahaan.
|
Pengertian perusahaan
muda yang dimaksud di sini adalah suatu perusahaan yang relatif masih
dinahkodai oleh pemilik, berada pada generasi pertama (dengan keterlibatan
anak-anak pada generasi kedua) dan relatif dominasi pada keluarga pemilik.
Pertama-tama tugas
seorang praktisi PR adalah memahami karakter pemilik beserta keluarganya, dan
bersamaan dengan itu menanamkan pemahaman kepadanya tentang ruang lingkup
pekerjaan PR. Pada awal 1990-an ini, para praktisi PR perlu mencatat dua
istilah penting: “Escalation Commitment”
dan “Bounded Rationality”.
Escalation Commitment
adalah kesalahan yang terus menerus dibuat oleh pemilik karena ia berpegang
teguh pada rasa percaya dirinya. Penjelasan yang lain mengenai Escalation
Commitment yang menjurus pada keputusan yang salah adalah, adanya dukungan
masyarakat yang sangat kuat terhadap perilaku yang konsisten dan teguh. Manajer
yang konsisten mendapat nilai plus dalam masyarakat dan dianggap lebih baik
daripada manajer yang berubah-ubah menyesuaikan diri terhadap situasi.
Bounded Rationality
adalah kesalahan yang muncul karena adanya tekanan waktu, kompleksnya
permasalahan yang mesti dipertimbangkan, dan miskinnya informasi yang dapat
dipakai untuk merumuskan permasalahan. Melihat keadaan demikian, seorang
praktisi PR profesional akan berperan sangat penting, terutama dalam menjaga
kepercayaan stakeholders lainnya terhadap perusahaan. Upaya praktisi PR
profesional adalah termasuk mencegah timbulnya isu-isu yang justru bisa
mengakibatkan hilangnya kepercayaan stakeholders lainnya.
2. Manajer dan Top
Executives
Manajer
dan top executive merupakan bagian dari khalayak sasaran PR karena:
- Manajer merupakan sumber berita majalah bisnis dan ekonomi. Pendapatanya sering diminta oleh pers berkaitan dengan peristiwa ekonomi makro, reaksi pesaing dalam industri, dan kegiatan perusahaan itu sendiri.
- Manajer adalah sasaran pembajakan bagi perusahaan lain. Keberhasilan seorang manajer dalam bidangnya, kedekatannya dengan pers atau instansi pemerintah mengangkat nilai manajer tersebut dalam bursa “head hunter”.
Tugas seorang praktisi
PR adalah memantau konflik yang sedang terjadi dan memberikan masukan dan
rekomendasi kepada perusahaan agar konflik yang terjadi tidak menimbulkan
dampak bagi:
a.
Merosotnya moral
kerja karyawan secara menyeluruh.
b.
Hilangnya
kepercayaan konsumen.
c.
Turut campurnya
pihak ketiga untuk mengambil alih perusahaan (take over) atau memasukkan
orang-orang baru (intervensi).
d.
Merosotnya
reputasi eksekutif puncak perusahaan (dalam perusahaan yang melepas sahamnya di
bursa bisa menimbulkan akibatnya turunnya harga saham).
PR membantu perusahaan untuk menegakkan citranya
melalui proses public relations. Sumber dari rekomendasi dan tindakan yang
diambilnya adalah riset, apakah dilakukan secara formal ataupun informal.
Adakalanya PR dapat menggunakan media iklan untuk mengalihkan perhatian
masyarakat atau menimbulkan kepercayaan. PR dapat melepas perhatian-perhatian
baru, apakah melalui lobi, pendekatan terhadap pihak ketiga atau cara-cara
lainnya.
3. Karyawan
Yang dimaksud dengan
karyawan adalah orang-orang di dalam perusahaan yang tidak memegang jabatan
struktural. Ia adalah karyawan biasa di bawah komando supervisor atau kepala
seksi/kepala subseksi. Mengapa praktisi PR perlu menangani karyawan?
Pertama,
sekalipun kedudukannya dalam mengambil keputusan tidak besar, karyawan adalah
orang yang paling banyak jumlahnya di dalam perusahaan. Karyawan yang menyatu
dan tak mendapat perhatian manajemen akan sangat sensitif. Mereka dapat
melakukan tindakan yang merugikan perusahaan, seperti pemogokan, mangkir,
pengrusakan, atau pertengkaran. Sebaliknya, kelompok karyawan yang mendapat
perhatian yang bak malah besar kemungkinan dapat membantu perusahaan untuk
mengatasi hal-hal tidak terduga, seperti kebakaran, pencurian atau pengrusakan
mesin.
Kedua,
umumnya karena tingkat pendidikannya rendah, karyawan akan sangat mudah untuk
disulut isu. Isu-isu yang banyak dibicarakan umumnya adalah masalah pemutusan
hubungan kerja, gaji, tunjangan, dan sejenisnya. ketiga, karyawan adalah ujung tombak bagi perusahaan jasa. Hanya
dengan memberi perhatian yang baik, perusahaan jasa dapat memperbaiki
pelayanannya.
Keempat,
di negara-negara berkembang karyawan merupakan sumber suara potensial dalam
pemilihan umum. Karyawan adakalanya dibela kepentingannya oleh pemerintah yang
berkuasa, mulai dari standar upah minimum sampai pada fasilitas kerja. Kelima, pers umumnya amat bersimpati
kepada karyawan yang dilanggar hak-haknya oleh manajemen. Oleh karena hal-hal
di atas, karyawan tetap merupakan suatu kekuatan perusahaan. Bila pimpinan
puncak terlampau sibuk dengan pekerjaan strategis terhadap pihak di luar
perusahaan, maka praktisi PR harus dapat mencari manajer menengah untuk tetap
melakukan komunikasi terhadap karyawan.
4. Keluarga
Karyawan
Sedikit sekali
perusahaan yang menyadari bahwa keluarga karyawan menaruh minat yang besar
terhadap perusahaan tempat anggota keluarganya bekerja. Karena kurangnya
informasi yang benar tentang perusahaan, keluarga karyawan sering membuat
asumsi sendiri menurut pandangannya masing-masing, atau menurut informasi yang
diterima dari anggota keluarga lain.
Dalam hal ini tugas
seoarang praktisi PR adalah menimbulkan pemahaman para anggota keluarga tentang
keadaan pekerjaan anggota keluarganya sehingga mereka semua dapat menyesuaikan
perilakunya. Selain menimbulkan pemahaman, seorang praktisi PR juga perlu
mendapatkan kepercayaan dari anggota keluarga karyawannya atas produk-produk
yang dihasilkan perusahaan.
B. Stakeholders
Eksternal
Karena penekanan pekerjaan PR di
masa lalu pada stakeholders eksternal, masyarakat banyak mengaitkan pekerjaan
PR dengan lobi atau membujuk. Stakeholders eksternal adalah unsur-unsur yang
berada di luar kendali perusahaan (uncontrollable). Para pimpinan perusahaan
umumnya dibekali dengan teknik untuk mendesain organisasinya sesuai dengan
keadaan lingkungan eksternalnya. Unsur dalam lingkungan itu dapat dilihat dalam
dua hal:
- Kompleksitas Lingkungan
Diukur
dari banyaknya pihak di luar perusahaan yang perlu mendapat perhatian
perusahaan karena pengaruhnya. Semakin banyak aktor yang perlu
diperhatikan,berarti kompleks. Semakin sedikit, berarti sederhana.
- Stabilitas Lingkungan
Diukur
dari perubahan yang ditimbulkan. Bila terlalu sering terjadi perubahan
peraturan pemerintah, perubahan selera konsumen, perubahan peran para aktor
dalam lingkungan lainnya, maka lingkungan dikatakan tidak stabil (labil).
Keadaan sebaliknya disebut stabil.
Berikut akan dibahas
beberapa unsur pada stakeholders eksternal yang dianggap penting, yaitu:
1. Konsumen
Kebanyakan produsen
memang masih beranggapan bahwa dirinyalah pusat kegiatan bisnis, bukan
konsumen. Maka, selama pola ini masih mewarnai bisnis kita, kegiatan PR
terhadap konsumen tidak akan banyak ersuara. Ia hanya menjadi ornamen penghias
perusahaan.
Lain halnya bila suatu
perusahaan menganut pikiran bahwa konsumenlah pusat dari kegiatan bisnisnya.
Segala upaya yang dilakukan dipusatkan untuk mendapatkan kepuasan konsumen.
Laba adalah sarana dan bukan sasaran, yakni sarana untuk tetap hidup, tumbuh,
dan berkembang dalam jangka panjang.
Cabang ilmu public
relations yang diarahkan pada konsumen disebut Marketing Public Relations.
Marketing public relations adalah proses yang terdiri atas perencanaan,
implementasi, dan evolusi program yamg merangsang pembelian dan kepuasan
konsumen melalui komunikasi yang dapat dipercayai dan menarik minat, khususnya
dari perusahaan yang memenuhi kebutuhan, keinginan, kehendak, dan perhatian
konsumen.
2. Bank
Yang patut diketahui,
bank adalah lembaga komersial yang tidak hanya mengadalkan bunga yang diterima,
melainkan juga jaminan atas pengambilan pengambilan pokok debitur. Oleh karena
itu, selain melihat kelayakan usaha, bank juga akan terus memantau kredibilitas
perusahaan, tingkat likuiditas, dan jaminan yang dimiliki.
Salah satu cabang ilmu
public relations yang mendapat tugas untuk meningkatkan pemahaman bank terhadap
reputasi debitur adalah Financial
Relations. Financial relations hanya dimaksudkan sebagai kegiatan diatas
kertas (paper work) untuk membuat
neraca dan laporan keuangan yang menarik di media massa bagi perusahaan yang
banyak menggunakan dana masyarakat.
Financial
relations sebenarnya dimaksudkan untuk membina kepercayaan para investor dan
penyandang dana investasi agar tidak melakukan tindakan tiba-tiba untuk menarik
uangnya di luar jadawal yang disepakati.
3. Pemerintah
Peran pemerintah untuk
mengatur dunia usaha masih terasa cukup besar. Peran pemerintah dibutuhkan
untuk menciptakan lapangan pekerjaan, menyediakan modal, melindungi para
karyawan, melindungi sumber daya alam, mengatur hukum, mengatur dan merangsang
minat investasi modal asing.
Fungsi
Goverment PR di sini adalah memantau secara berkala kebijakan pemerintah (baik
yang membatasi maupun yang memberi peluang tertentu), membina hubungan baik
dengan pejabat pemerintah dan melakukan lobi untuk mempercepat dan mempermudah
suatu perizinan.
4. Pesaing
Dengan
adanya pesaingan, timbul dorongan untuk memperbaiki kualitas produk, pelayanan,
harga, dan sebagainya. Tugas PR di sini adalah meyakinkan para manajer bahwa
dalam batas-batas tertentu perusahaan dapat memanfaatkan pesaing. Alat ini
disebut Marketing Control, yaitu
mengukur efisiensi perusahaan dari keadaan yang ditawarkan oleh pesaing.
5. Komunitas
Masyarakat yang tinggal,
hidup dan berusaha di sekitar lokasi pabrik atau kantor suatu perusahaan adalah
salh satu faktor stakeholders eksternal. Perselisihan antara perusahaan dengan
komunitasnya sering berbuntut panjang. Biasanya muncul dalam bentuk pemerasan,
ancaman, hingga kriminalitas, dan tidak sedikit yang mempolitisasi keadaan.
Maka, tugas PR di sini
adalah mendidik komunitas agar mereka dapat berhubungan timbal balik. Termasuk
di dalamnya adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sebagai
sumber tenaga kerja di perusahaan. PR juga berperan menimbulkan pemahaman akan
pentingnya arti komunitas di kalangan manajer perusahaan.[3]
ANALISIS
Keberadaan stakeholder harus diperhatikan
dan dijaga hubungannya oleh perusahaan. Selain itu beberapa stakeholder
tersebut juga berpotensi untuk dibina atau diberi ketrampilan khusus oleh
perusahaan. Salah satunya ialah karyawan. Hubungan dengan
karyawan harus dibina dengan baik. Hal ini dikarenakan posisi karyawan memberikan
dampak yang cukup besar bagi perusahaan. Karyawan merupakan satu golongan yang
jumlahnya paling besar dalam perusahaan. Mereka ujung tombak perusahaan karena
mereka yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Umumnya pendidikan
karyawan rendah sehingga rentan tersulut isu. Dan apabila karyawan mendapatkan
masalah sebagai dampak perusahaan, maka pers akan tertarik untuk meliputnya.
Salah satu cara
untuk menjalin hubungan dengan karyawan ialah dengan menciptakan budaya
organisasi dan iklim kerja yang menyenangkan bagi karyawan. Menurut penelitian yang
pernah dilakukan oleh Teresa M. Amabile dan Steven J.
Kramer dariHarvard University pada tahun 2010 membuktikan bahwa
karyawan yang senang akan menghasilkan energi positif dalam tempat kerjanya,
dan juga membuatnya lebih produktif
dalam melakukan pekerjaaannya, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas
perusahaan.[4]
CRS atau tanggung jawab sosial perusahaan juga
dapat digunakan untuk menjalin hubungan dengan karyawan. Dengan CSR berarti
perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap karyawan. Tidak hanya sebatas
memberikan gaji atau penyedia fasilitas karyawan tapi juga memberikan perhatian
untuk kesejahteraan karyawan. Karena dengan CSR diharapkan ada "pembangunan berkelanjutan", di mana ada
suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya
tidak semata berdasarkan faktor keuangan melainkan juga harus berdasarkan
konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
Dari contoh yang penulis sebutkan diatas, aksi
yang dilakukan oleh PT ECCO Indonesia, dengan pemberian kursus bahasa inggris
bagi karyawannya merupakan salah satu bentuk CSR terhadap karyawan. Sebagaiman
komitmen PT EI untuk memberikan kesempatan yang sama. Dalam kursus ini tidak
ada perbedaan antara pimpinan maupun karyawan biasa. Semua pihak memiliki
kesempatan yang sama untuk belajar dan memperbaiki kemampuan bahasa inggris
mereka. Dan bagi karyawan yang memang memiliki kemampuan bahasa inggris yang
baik, PT EI juga memberikan kesempatan yang sama untuk meningkatkan jenjang
karir mereka.
Dengan tangggung jawab PT EI kepada
karyawannya, PT EI memiliki banyak keuntungan. Keuntungan jangka pendek yang
diperoleh ialah karyawan menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu
juga menciptakan iklim kerja yang positif karena semuanya bersemangat melakukan
tanggung jawab mereka demi kenaikan jenjang karir. Sehingga target produksi
perusahaan pun menjadi tercapai.
Sedangkan keuntungan jangka panjang yang
diperoleh ialah karyawan memiliki pemikiran yang positif tentang perusahaan
merekaa karena merasa telah dimanusiakan. Selain itu, perusahaan juga memiliki
kemudahan dalam menemukan pengganti pimpinan yang telah lengser. Karena akan
jauh lebih baik pimpinan yang telah mengenal perusahaannya sejak lama dan yang memiliki
pengalaman dari posisi yang terkecil.
Selain karyawan, stakeholder lain yan
juga potensial untuk dibina ialah masyarakat atau komunitas lokal dan calon
karyawan atau next generation sebagaimana yang saat ini telah dilakukan oleh
perusahaan besar seperti Djarum dan Lapindo Brantas Inc.
KESIMPULAN
Stakeholders adalah
setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai
peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula
setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Secara umum,
stakeholders yang membantu kegiatan PR meliputi masyarakat (komunitas), calon
karyawan (next generations), karyawan dan manajemen, supplier, investor,
distributor, kreditor, pemerintah, konsumen, tokoh masyarakt, dan LSM.
Keberadaan stakeholder harus diperhatikan dan dijaga
hubungannya oleh perusahaan. Selain itu beberapa stakeholder tersebut juga berpotensi
untuk dibina atau diberi ketrampilan khusus oleh perusahaan. Pembinaan terhadap
stakeholder ini dapat dilakukan melalui program CSR. Selain karyawan,
stakeholder lain yan juga potensial untuk dibina ialah masyarakat atau
komunitas lokal dan calon karyawan atau next generation.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh
PT ECCO Indonesia yang memberikan kursus bahasa inggris terhadap karyawannya.
PT EI menyadari betul untuk menjaga hubungan dengan karyawannya. Mengapa
karyawan? Hal ini dikarenakan posisi karyawan memberikan
dampak yang cukup besar bagi perusahaan. Karyawan merupakan satu golongan yang
jumlahnya paling besar dalam perusahaan. Mereka ujung tombak perusahaan karena
mereka yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Umumnya pendidikan
karyawan rendah sehingga rentan tersulut isu. Dan apabila karyawan mendapatkan
masalah sebagai dampak perusahaan, maka pers akan tertarik untuk meliputnya.
[1] http://id.m.wikipedia.org/wiki/Manajemen_Hubungan_Industrial,
diakses pada tanggal 28 May 2013
[2] http://ridhopsi.blogspot.com/2009/12/praktek-kerja-lapangan-integratif-pt.html,
diakses pada tanggal 28 Mei 2013
[3] Rhenald
kasali, Manajemen Public Relations,
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti), 1994, hal 63-80.
[4] http://hot.yukbisnis.com/membangun-hubungan-dengan-karyawan/, diakses pada tanggal 29 Maret 2013
No comments:
Post a Comment