Sunday, February 23, 2014

Pembinaan Point of Contact antara Perusahaan dengan Stakeholder

PENDAHULUAN
Menurut Payaman J. Simanjutak hubungan industrial merupakan hubungan semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas produksi barang atau jasa pada sebuah perusahaan,[1] atau yang kemudian akrab disebut sebagai stakeholder. Hubungan industrial antara perusahaan dengan para stakeholdernya tersebut harus dibina dengan baik karena kebaradaan masing-masing stakeholder memberikan kontribusi pada perusahaan. Salah satu hubungan dengan stakeholder misalnya hubungan antara perusahaan dengan karyawannya.
Keberadaan karyawan dalam sebuah perusahaan memang memberikan kontribusi besar bagi perusahaan. Karena mereka yang bersinggungan langsung dengan proses produksi perusahaan. Dalam hubungan industrial hubungan antara perusahaan dengan karyawan kerap terjadi perselisihan. Karyawan merasa tidak dianggap sebagai bagian perusahaan sedangkan perusahaan meyakini sudah memberikan pelayanan yang baik bagi karyawannya. Komunikasi internal antara perusahaan dan karyawan pun kerap tidak dilakukan sehingga tidak memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Biar bagaimana pun keberadaan karyawan dalam sebuah perusahaan memang memberikan kontribusi besar bagi perusahaan. Karena mereka yang bersinggungan langsung dengan proses produksi perusahaan.
Tak banyak memang perusahaan yang mempraktekkan effektifitas komunikasi internal dan menjalin hubungan industrial yang baik dengan karyawan. Umumnya perusahaan-perusahaan yang besar dan memiliki kepedulian dengan karyawannya yang mampu melakukan hal tersebut. Bahkan mereka rela memberikan sebagian kecil keuntungan mereka untuk mensejahterakan karyawannya. Salah satunya ialah PT ECCO Indonesia, sebuah perusahaan asing yang berada di daerah Candi, Sidoarjo.
ECCO merupakan perusahaan sepatu asal Denmark yang didirikan oleh Karl Toosbuy. Pada awalnya perusahaan ini bernama Venus. Namun kemudian diganti karena nama tersebut telah dimiliki oleh perusahaan sejenis. Filosofi ECCO adalah Pleasant Walking atau berjalan kaki yang menyenangkan. Hal ini dikarenakan cita-cita ECCO untuk membuat kegiatan berjalan kaki menjadi pengalaman yang menyenangkan. Sepatu-sepatu ECCO ditunjukan untuk orang-orang yang memiliki gairah hidup dan semangat yang tinggi. Yang hal ini diwujudkan pula melalui produk yang dihasilkan daari kombinasi bahan yang berkualitas tinggi, teknologi, dan pekerjaan tangan manual.[2]
Pada tahun 1991 ECCO mengembangkan usahanya dengan mendirikan PT ECCO Indonesia (PT EI), yang merupakan ECCO terbesar untuk daerah Asia Tenggara. Daalam kurun waktu 30 tahun PT EI telah berkembang menjadi perusahaan manufaktur local kecil menjadi kelompok internasional besar. Dan saat ini PT EI telah memperkerjakan lebih dari 5000 karyawan.
ECCO Indonesia sangat memperhatikan karyawan mereka. Hal ini tampak pada visi PT EI yakni maju bersama seluruh karyawan, PT EI untuk menjadi perusahaan sepatu terbaik dengan standart kelas dunia, investasi berkesinambungan dalam fasilitas dan peralatan teknologi modern. Bahkan dalam 10 komitmen ECCO juga disebutkan ECCO memberikan kesempatan yang sama dan melarang diskriminasi kerja, menghormati kebebasan beragama dan berserikat, dan berharap para pekerjanya dapat sampai ditempat kerja secara aman, bebas dari gangguan, kekerasan serta  menghindari segala bentuk kerja paksa.
Komitmen PT EI untuk mensejahterakan karyawannya tidak terbatas pada slogan atau pun visi saja tapi juga dilaksanakan secara riil. ECCO seringkali mengadakan berbagai event untuk mempererat hubungan dengan karyawannya, bahkan dengan keluarga karyawan (family gathering). Fasilitas yang ada di perusahaan juga menunjukkan kepedulian PT EI terhadap karyawanya, misalnya musholla, klinik, ambulance, koperasi, kantin, dan lain-lain. Ia juga memberikan pelayanan yang baik dengan karyawan, misalnya penyediaan jasa antar-jemput bagi yang bekerja shift malam, pemberian cuti hamil-melahirkan, jamsostek, reward bagi karyawan yang berprestasi, kupon makan di kantin secara gratis, dan lain sebagainya.
Namun yang lebih penulis tekankan disini ialah program peningkatan kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa inggris, yang diberikan oleh PT EI bagi karyawannya. ECCO yang berkomitmen untuk maju bersama seluruh karyawan, menyadari betul pentingnya menguasai bahasa Inggris sebagai bentuk adaptasi atas kedatangan globalisasi. Oleh karenanya PT EI menyediakan kursus secara gratis bagi karyawannya yang ingin mengembangkan kemampuan berbahasa inggris mereka. Program ini mulai dilaksanakan pada tahun 2006. Dan untuk menambah motivasi karyawan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa inggris mereka, PT EI menaikkan upah karyawan atau kenaikan jenjang karir bagi karyawannya yang memiliki kemampuan bahasa inggris secara aktif.

KAJIAN TEORI
MENGELOLA STAKEHOLDERS
Suatu perusahaan yang tumbuh dan berkembang di dalam suatu masyarakat akan selalu menghadapi tekanan, baik yang berasal dari luar perusahaan itu sendiri maupun dari dalam. Tugas PR dalam hal ini adalah membina hubungan yang baik dengan pihak-pihak tersebut melalui suatu proses komunikasi. Pihak-pihak tersebut adalah khalayak sasaran kegiatan PR, dan disebut Stakeholders.
Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.
Sering timbul salah paham pada masyarakat awam bahwa ruang lingkup pekerjaan PR terbatas pada stakeholsers eksternal. Anggapan ini tidak benar, karena PR bertugas membina hubungan yang serasi dan saling percaya, baik dengan pihak-pihak di luar perusahaan, maupun dengan pihak-pihak di dalam perusahaan melalui proses PR (komunikasi).  Secara umum, stakeholders yang membantu kegiatan PR meliputi masyarakat (komunitas), calon karyawan (next generations), karyawan dan manajemen, supplier, investor, distributor, kreditor, pemerintah, konsumen, tokoh masyarakt, dan LSM. Sedangkan stakeholder sasarn PR dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni stakeholders internal dan stakeholders eksternal.
A.    Stakeholders Internal
Di masa-masa lalu, perhatian seorang praktisi PR selalu tertuju pada stakeholders eksternal. Alasannya, stakeholders internal relatif mudah untuk dikendalikan dan pekerjaan untuk komunikasi intern bisa diserahkan kepada bagian lain seperti bagaian kepegawaian, atau malah dirangkap langsung oleh eksekutif puncak.
Ketika iklim investasi tumbuh dengan baik di Indonesia, muncullah persaingan antar perusahaan yang tidak hanya terbatas pada bagaimana menangkap konsumen atau mempertahankannya, melainkan juga menangkap dan mempertahankan manajer dan karyawannya. Maka perusahaan memerlukan bantuan ahli komunikasi yang diperankan oleh praktisi PR. Unsur-unsur stakeholders internal itu adalah sebagai berikut:
1.      Pemegang Saham
Pemegang sahan atau pemilik perusahaan di kebanyakan negara yang baru mulai melakukan pembangunan industrinya ternyata mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh karena masih mudanya usia perusahaan dan seluruh karyawan mengidentikkan pemilik sebagai pemimpin spiritual perusahaan.
Kebanyakan perusahaan di tanah air menjelang akhir abad ke-20 ini. Pemilik mempunyai peranan yang sangat besar karena kalaupun sudah go public, mayoritas saham masih dikuasai pemilik yang sama. Pada tahapan ini perusahaan mempunyai ciri-ciri sebagai perusahaan muda, yaitu:
DIMENSI
KETERANGAN
  1. Pemeran utama
  2. Struktur
  3. Produk/Jasa

  1. Strategi & Sasaran
  2.  Usia dan Ukuran
  3. Teknologi
  4. Lingkungan
  5. Formalisasi
  6. Kontrol
  7. Inovasi
  8. Balas jasa
  9. Gaya manjemen puncak
Pemilik, merangkap pimpinan puncak.
Informal, one-man show.
Single produk, berkembang tak tentu arah menjadi komglomerat.
Pertumbuhan (Growth), dan survival.
Umumnya muda, relatif menengah.
Berasal dari luar negeri, berdasarkan lisensi atau membeli.
Bervariasi (simpel-kompleks).
Sedikit.
Clan (menggunakan cara-cara kekeluargaan, nonbirokratis).
Dilakukan oleh pemilik.
Personal, paternalistik.
Individualitas, kewirausahaan.

Pengertian perusahaan muda yang dimaksud di sini adalah suatu perusahaan yang relatif masih dinahkodai oleh pemilik, berada pada generasi pertama (dengan keterlibatan anak-anak pada generasi kedua) dan relatif dominasi pada keluarga pemilik.
Pertama-tama tugas seorang praktisi PR adalah memahami karakter pemilik beserta keluarganya, dan bersamaan dengan itu menanamkan pemahaman kepadanya tentang ruang lingkup pekerjaan PR. Pada awal 1990-an ini, para praktisi PR perlu mencatat dua istilah penting: “Escalation Commitment” dan “Bounded Rationality”.
Escalation Commitment adalah kesalahan yang terus menerus dibuat oleh pemilik karena ia berpegang teguh pada rasa percaya dirinya. Penjelasan yang lain mengenai Escalation Commitment yang menjurus pada keputusan yang salah adalah, adanya dukungan masyarakat yang sangat kuat terhadap perilaku yang konsisten dan teguh. Manajer yang konsisten mendapat nilai plus dalam masyarakat dan dianggap lebih baik daripada manajer yang berubah-ubah menyesuaikan diri terhadap situasi.
Bounded Rationality adalah kesalahan yang muncul karena adanya tekanan waktu, kompleksnya permasalahan yang mesti dipertimbangkan, dan miskinnya informasi yang dapat dipakai untuk merumuskan permasalahan. Melihat keadaan demikian, seorang praktisi PR profesional akan berperan sangat penting, terutama dalam menjaga kepercayaan stakeholders lainnya terhadap perusahaan. Upaya praktisi PR profesional adalah termasuk mencegah timbulnya isu-isu yang justru bisa mengakibatkan hilangnya kepercayaan stakeholders lainnya.
2.      Manajer dan Top Executives
Manajer dan top executive merupakan bagian dari khalayak sasaran PR karena:
  1. Manajer merupakan sumber berita majalah bisnis dan ekonomi. Pendapatanya sering diminta oleh pers berkaitan dengan peristiwa ekonomi makro, reaksi pesaing dalam industri, dan kegiatan perusahaan itu sendiri.
  2. Manajer adalah sasaran pembajakan bagi perusahaan lain. Keberhasilan seorang manajer dalam bidangnya, kedekatannya dengan pers atau instansi pemerintah mengangkat nilai manajer tersebut dalam bursa “head hunter”.
Tugas seorang praktisi PR adalah memantau konflik yang sedang terjadi dan memberikan masukan dan rekomendasi kepada perusahaan agar konflik yang terjadi tidak menimbulkan dampak bagi:
a.       Merosotnya moral kerja karyawan secara menyeluruh.
b.      Hilangnya kepercayaan konsumen.
c.       Turut campurnya pihak ketiga untuk mengambil alih perusahaan (take over) atau memasukkan orang-orang baru (intervensi).
d.      Merosotnya reputasi eksekutif puncak perusahaan (dalam perusahaan yang melepas sahamnya di bursa bisa menimbulkan akibatnya turunnya harga saham).
PR membantu perusahaan untuk menegakkan citranya melalui proses public relations. Sumber dari rekomendasi dan tindakan yang diambilnya adalah riset, apakah dilakukan secara formal ataupun informal. Adakalanya PR dapat menggunakan media iklan untuk mengalihkan perhatian masyarakat atau menimbulkan kepercayaan. PR dapat melepas perhatian-perhatian baru, apakah melalui lobi, pendekatan terhadap pihak ketiga atau cara-cara lainnya.
3.      Karyawan
Yang dimaksud dengan karyawan adalah orang-orang di dalam perusahaan yang tidak memegang jabatan struktural. Ia adalah karyawan biasa di bawah komando supervisor atau kepala seksi/kepala subseksi. Mengapa praktisi PR perlu menangani karyawan?
Pertama, sekalipun kedudukannya dalam mengambil keputusan tidak besar, karyawan adalah orang yang paling banyak jumlahnya di dalam perusahaan. Karyawan yang menyatu dan tak mendapat perhatian manajemen akan sangat sensitif. Mereka dapat melakukan tindakan yang merugikan perusahaan, seperti pemogokan, mangkir, pengrusakan, atau pertengkaran. Sebaliknya, kelompok karyawan yang mendapat perhatian yang bak malah besar kemungkinan dapat membantu perusahaan untuk mengatasi hal-hal tidak terduga, seperti kebakaran, pencurian atau pengrusakan mesin.
Kedua, umumnya karena tingkat pendidikannya rendah, karyawan akan sangat mudah untuk disulut isu. Isu-isu yang banyak dibicarakan umumnya adalah masalah pemutusan hubungan kerja, gaji, tunjangan, dan sejenisnya. ketiga, karyawan adalah ujung tombak bagi perusahaan jasa. Hanya dengan memberi perhatian yang baik, perusahaan jasa dapat memperbaiki pelayanannya.
Keempat, di negara-negara berkembang karyawan merupakan sumber suara potensial dalam pemilihan umum. Karyawan adakalanya dibela kepentingannya oleh pemerintah yang berkuasa, mulai dari standar upah minimum sampai pada fasilitas kerja. Kelima, pers umumnya amat bersimpati kepada karyawan yang dilanggar hak-haknya oleh manajemen. Oleh karena hal-hal di atas, karyawan tetap merupakan suatu kekuatan perusahaan. Bila pimpinan puncak terlampau sibuk dengan pekerjaan strategis terhadap pihak di luar perusahaan, maka praktisi PR harus dapat mencari manajer menengah untuk tetap melakukan komunikasi terhadap karyawan.
4.      Keluarga Karyawan
Sedikit sekali perusahaan yang menyadari bahwa keluarga karyawan menaruh minat yang besar terhadap perusahaan tempat anggota keluarganya bekerja. Karena kurangnya informasi yang benar tentang perusahaan, keluarga karyawan sering membuat asumsi sendiri menurut pandangannya masing-masing, atau menurut informasi yang diterima dari anggota keluarga lain.
Dalam hal ini tugas seoarang praktisi PR adalah menimbulkan pemahaman para anggota keluarga tentang keadaan pekerjaan anggota keluarganya sehingga mereka semua dapat menyesuaikan perilakunya. Selain menimbulkan pemahaman, seorang praktisi PR juga perlu mendapatkan kepercayaan dari anggota keluarga karyawannya atas produk-produk yang dihasilkan perusahaan.
B.     Stakeholders Eksternal
            Karena penekanan pekerjaan PR di masa lalu pada stakeholders eksternal, masyarakat banyak mengaitkan pekerjaan PR dengan lobi atau membujuk. Stakeholders eksternal adalah unsur-unsur yang berada di luar kendali perusahaan (uncontrollable). Para pimpinan perusahaan umumnya dibekali dengan teknik untuk mendesain organisasinya sesuai dengan keadaan lingkungan eksternalnya. Unsur dalam lingkungan itu dapat dilihat dalam dua hal:
  1. Kompleksitas Lingkungan
Diukur dari banyaknya pihak di luar perusahaan yang perlu mendapat perhatian perusahaan karena pengaruhnya. Semakin banyak aktor yang perlu diperhatikan,berarti kompleks. Semakin sedikit, berarti sederhana.
  1. Stabilitas Lingkungan
Diukur dari perubahan yang ditimbulkan. Bila terlalu sering terjadi perubahan peraturan pemerintah, perubahan selera konsumen, perubahan peran para aktor dalam lingkungan lainnya, maka lingkungan dikatakan tidak stabil (labil). Keadaan sebaliknya disebut stabil.
Berikut akan dibahas beberapa unsur pada stakeholders eksternal yang dianggap penting, yaitu:
1.      Konsumen
Kebanyakan produsen memang masih beranggapan bahwa dirinyalah pusat kegiatan bisnis, bukan konsumen. Maka, selama pola ini masih mewarnai bisnis kita, kegiatan PR terhadap konsumen tidak akan banyak ersuara. Ia hanya menjadi ornamen penghias perusahaan.
Lain halnya bila suatu perusahaan menganut pikiran bahwa konsumenlah pusat dari kegiatan bisnisnya. Segala upaya yang dilakukan dipusatkan untuk mendapatkan kepuasan konsumen. Laba adalah sarana dan bukan sasaran, yakni sarana untuk tetap hidup, tumbuh, dan berkembang dalam jangka panjang.
Cabang ilmu public relations yang diarahkan pada konsumen disebut Marketing Public Relations. Marketing public relations adalah proses yang terdiri atas perencanaan, implementasi, dan evolusi program yamg merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi yang dapat dipercayai dan menarik minat, khususnya dari perusahaan yang memenuhi kebutuhan, keinginan, kehendak, dan perhatian konsumen.
2.      Bank
Yang patut diketahui, bank adalah lembaga komersial yang tidak hanya mengadalkan bunga yang diterima, melainkan juga jaminan atas pengambilan pengambilan pokok debitur. Oleh karena itu, selain melihat kelayakan usaha, bank juga akan terus memantau kredibilitas perusahaan, tingkat likuiditas, dan jaminan yang dimiliki.
Salah satu cabang ilmu public relations yang mendapat tugas untuk meningkatkan pemahaman bank terhadap reputasi debitur adalah Financial Relations. Financial relations hanya dimaksudkan sebagai kegiatan diatas kertas (paper work) untuk membuat neraca dan laporan keuangan yang menarik di media massa bagi perusahaan yang banyak menggunakan dana masyarakat.
Financial relations sebenarnya dimaksudkan untuk membina kepercayaan para investor dan penyandang dana investasi agar tidak melakukan tindakan tiba-tiba untuk menarik uangnya di luar jadawal yang disepakati. 
3.      Pemerintah
Peran pemerintah untuk mengatur dunia usaha masih terasa cukup besar. Peran pemerintah dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, menyediakan modal, melindungi para karyawan, melindungi sumber daya alam, mengatur hukum, mengatur dan merangsang minat investasi modal asing.
Fungsi Goverment PR di sini adalah memantau secara berkala kebijakan pemerintah (baik yang membatasi maupun yang memberi peluang tertentu), membina hubungan baik dengan pejabat pemerintah dan melakukan lobi untuk mempercepat dan mempermudah suatu perizinan.
4.      Pesaing
Dengan adanya pesaingan, timbul dorongan untuk memperbaiki kualitas produk, pelayanan, harga, dan sebagainya. Tugas PR di sini adalah meyakinkan para manajer bahwa dalam batas-batas tertentu perusahaan dapat memanfaatkan pesaing. Alat ini disebut Marketing Control, yaitu mengukur efisiensi perusahaan dari keadaan yang ditawarkan oleh pesaing.
5.      Komunitas
Masyarakat yang tinggal, hidup dan berusaha di sekitar lokasi pabrik atau kantor suatu perusahaan adalah salh satu faktor stakeholders eksternal. Perselisihan antara perusahaan dengan komunitasnya sering berbuntut panjang. Biasanya muncul dalam bentuk pemerasan, ancaman, hingga kriminalitas, dan tidak sedikit yang mempolitisasi keadaan.
Maka, tugas PR di sini adalah mendidik komunitas agar mereka dapat berhubungan timbal balik. Termasuk di dalamnya adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sebagai sumber tenaga kerja di perusahaan. PR juga berperan menimbulkan pemahaman akan pentingnya arti komunitas di kalangan manajer perusahaan.[3]

ANALISIS
Keberadaan stakeholder harus diperhatikan dan dijaga hubungannya oleh perusahaan. Selain itu beberapa stakeholder tersebut juga berpotensi untuk dibina atau diberi ketrampilan khusus oleh perusahaan. Salah satunya ialah karyawan. Hubungan dengan karyawan harus dibina dengan baik. Hal ini dikarenakan posisi karyawan memberikan dampak yang cukup besar bagi perusahaan. Karyawan merupakan satu golongan yang jumlahnya paling besar dalam perusahaan. Mereka ujung tombak perusahaan karena mereka yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Umumnya pendidikan karyawan rendah sehingga rentan tersulut isu. Dan apabila karyawan mendapatkan masalah sebagai dampak perusahaan, maka pers akan tertarik untuk meliputnya.
Salah satu cara untuk menjalin hubungan dengan karyawan ialah dengan menciptakan budaya organisasi dan iklim kerja yang menyenangkan bagi karyawan. Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Teresa M. Amabile dan Steven J. Kramer dariHarvard University pada tahun 2010 membuktikan bahwa karyawan yang senang akan menghasilkan energi positif dalam tempat kerjanya, dan juga membuatnya lebih produktif dalam melakukan pekerjaaannya, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas perusahaan.[4]
CRS atau tanggung jawab sosial perusahaan juga dapat digunakan untuk menjalin hubungan dengan karyawan. Dengan CSR berarti perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap karyawan. Tidak hanya sebatas memberikan gaji atau penyedia fasilitas karyawan tapi juga memberikan perhatian untuk kesejahteraan karyawan. Karena dengan CSR diharapkan ada "pembangunan berkelanjutan", di mana ada suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
Dari contoh yang penulis sebutkan diatas, aksi yang dilakukan oleh PT ECCO Indonesia, dengan pemberian kursus bahasa inggris bagi karyawannya merupakan salah satu bentuk CSR terhadap karyawan. Sebagaiman komitmen PT EI untuk memberikan kesempatan yang sama. Dalam kursus ini tidak ada perbedaan antara pimpinan maupun karyawan biasa. Semua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan memperbaiki kemampuan bahasa inggris mereka. Dan bagi karyawan yang memang memiliki kemampuan bahasa inggris yang baik, PT EI juga memberikan kesempatan yang sama untuk meningkatkan jenjang karir mereka.
Dengan tangggung jawab PT EI kepada karyawannya, PT EI memiliki banyak keuntungan. Keuntungan jangka pendek yang diperoleh ialah karyawan menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu juga menciptakan iklim kerja yang positif karena semuanya bersemangat melakukan tanggung jawab mereka demi kenaikan jenjang karir. Sehingga target produksi perusahaan pun menjadi tercapai.
Sedangkan keuntungan jangka panjang yang diperoleh ialah karyawan memiliki pemikiran yang positif tentang perusahaan merekaa karena merasa telah dimanusiakan. Selain itu, perusahaan juga memiliki kemudahan dalam menemukan pengganti pimpinan yang telah lengser. Karena akan jauh lebih baik pimpinan yang telah mengenal perusahaannya sejak lama dan yang memiliki pengalaman dari posisi yang terkecil.
Selain karyawan, stakeholder lain yan juga potensial untuk dibina ialah masyarakat atau komunitas lokal dan calon karyawan atau next generation sebagaimana yang saat ini telah dilakukan oleh perusahaan besar seperti Djarum dan Lapindo Brantas Inc.

KESIMPULAN
Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Secara umum, stakeholders yang membantu kegiatan PR meliputi masyarakat (komunitas), calon karyawan (next generations), karyawan dan manajemen, supplier, investor, distributor, kreditor, pemerintah, konsumen, tokoh masyarakt, dan LSM.
Keberadaan stakeholder harus diperhatikan dan dijaga hubungannya oleh perusahaan. Selain itu beberapa stakeholder tersebut juga berpotensi untuk dibina atau diberi ketrampilan khusus oleh perusahaan. Pembinaan terhadap stakeholder ini dapat dilakukan melalui program CSR. Selain karyawan, stakeholder lain yan juga potensial untuk dibina ialah masyarakat atau komunitas lokal dan calon karyawan atau next generation.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh PT ECCO Indonesia yang memberikan kursus bahasa inggris terhadap karyawannya. PT EI menyadari betul untuk menjaga hubungan dengan karyawannya. Mengapa karyawan? Hal ini dikarenakan posisi karyawan memberikan dampak yang cukup besar bagi perusahaan. Karyawan merupakan satu golongan yang jumlahnya paling besar dalam perusahaan. Mereka ujung tombak perusahaan karena mereka yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Umumnya pendidikan karyawan rendah sehingga rentan tersulut isu. Dan apabila karyawan mendapatkan masalah sebagai dampak perusahaan, maka pers akan tertarik untuk meliputnya.


[3] Rhenald kasali, Manajemen Public Relations, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti), 1994, hal 63-80.

No comments:

Post a Comment