Tren E-Commerce sebagai Cyberculture
Studi kasus: Tren E-Commerce melalui
Facebook
Hikmah Rofidah Lailiyah,dkk
IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jl. Jend. A.Yani No. 117, Surabaya
Email: hikmah_fp@yahoo.co.id
Abstract: Trend E-Commerce as Cyberculture
Currently e-commerce has
become a trend in the society
along with the increasing use of internet in life.
Most of the Indonesian internet users use the
internet for social networking purposes, including
accessing Facebook. E-commerce
media is so diverse.
One of them is by using facebook.
The issues
raised in this penlitian
include e-commerce linkage with cyberculture,
reasons for use facebook as a medium of e-commerce, the
advantages and disadvantages of
using facebook as a medium of
e-commerce,
facebook commerce and current trends.
The method used in this study is a qualitative ethnographic
approach in order to gain an understanding of the trend of e-commerce as
cyberculture. And to answer the focus
problems of data analysis
techniques used by Miles and Huberman.
From the
research it was found that the trend of e-commerce
has become the
lifestyle of today's society. Faceboook
is selected as the e-commerce because of the number of facebook users is so
large. In addition, because Facebook provides a wide
variety of applications add to the
advantage in doing e-commerce, such as convenience and cost savings. While the disadvantages of using facebook is susceptible
fraud, item purchased not in accordance with the drawings, and the unilateral
cancellation. Although facebook has a lot of number of users and
applications offered also vary, but along with the development of technology,
it is quite tempting the perpetrators of f-commerce for
media switch to
smartphone chat application and online trading
sites.
A.
Pendahuluan
Kemajuan teknologi informasi saat ini telah
mengalami kemajuan yang sangat pesat yang mana hal ini mendorong pemanfaatan
teknologi. Hal ini memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat baik
individu maupun organisasi. Teknologi informasi atau Information technology (IT)
telah mengubah paradigma, menciptakan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis
baru, serta menciptakan jenis pekerjaan dan karir baru dalam pekerjaan manusia
(Gultom,2008), hampir semua bidang perekonomian dan pemerintahan diseluruh
belahan dunia tidak terlepas dari peran elektronik atau online sebagai
media pendukung jalannya rutinitas tersebut. Peran teknologi menjadi
sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bidang dalam mencapai target pasar.
Teknologi menjadi suatu basis pendistribusian dimana seseorang menginginkan
sebuah pekerjaan yang lebih efisien.
Internet merupakan
bagian dari teknologi informasi yang mengalami perkembangan pesat saat ini. Internet
menghilangkan batas-batas fisik antara manusia dibelahan dunia. Internet
juga mendorong ekonomi konvensional yang lambat dan mengandalkan interaksi
sumber daya fisik lokal menjadi ekonomi digital yang cepat. Industri Internet
di Indonesia melesat bagai anak panah baik dari sisi jumlah pengguna Internet
maupun volume trafiknya. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) dan riset dari Indonesia Security Incident Responses Team on
Internet Infrastructure (ID-SIRTII), pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia
tumbuh 2.600 persen dari 2 juta orang pada 2000 meningkat menjadi 63 juta pada
2012. Jumlah ini bahkan diprediksi akan meningkat hingga 82 juta orang di akhir
2013 ini.
Bahkan dari survei sejumlah lembaga
internasional seperti Nielsen, BCG, dan Yahoo, jumlah pengguna Internet di
Indonesia akan melonjak hingga 146 juta orang pada 2015. Lebih dahsyat lagi
bila melihat volume trafik, yang meningkat juga hingga lebih dari 2 juta persen
dalam 10 tahun terakhir hingga mencapai 64 GB pada akhir 2012.
Pertumbuhan Internet tersebut diiringi dengan
berkembangnya transaksi melalui online, baik pajak, pendaftaran siswa baru,
atau pun jual beli barang dan jasa, yang kemudian disebut juga e-commerce. Tak
hanya ratusan, bahkan sampai ribuan situs e-commerce dan akun Facebook online
shop menjamur di Indonesia. Meski masih dalam level amatir, artinya transaksi
tidak menggunakan kartu kredit atau Pay Pal, namun gelombang e-commerce
meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir.
Bahkan, Indonesia ICT Institute, menyebutkan
bahwa bisnis perdagangan elektronik memang sedang bergairah. Apalagi, dalam
catatan Direktorat E-Business Kementerian Komunikasi dan Informatika, bisnis
ini berpotensi memutar uang Rp330 triliun. Gelombang e-commerce tersebut
menciptakan gelembung manakala perusahaan e-commerce global mulai memasuki
pasar Indonesia. Sebut saja Zalora, Tokobagus.com, Rakuten, dan MUltiply.
Selain itu, ada juga pemain lokal Plasa.com, Kaskus.us, maupun Blibli.com.[1]
E-commerce menjadi salah satu pilihan
seseorang dalam membuat sebuah inovasi pada usahanya. Sesuai dengan kondisi
saat ini yang serba canggih, maka pebisnis mulai menggunakan internet sebagai
jurus jitu untuk lebih mengembangkan usahanya. Saat ini toko online, menjadi
sangat marak baik untuk kalangan yang sudah berusia maupun di kalangan anak
muda. Tren onlineshop merupakan kesempatan emas jika seorang pebisnis
mampu memanfaatkan dengan baik dan mampu mencari peluang di tengah persaingan
yang begitu ketat antar pebisnis lain.
Ecommerce sendiri berasal dari layanan EDI (Electronic
Data Interchange), layanan EDI ini telah berkembang sedemikian pesatnya di
negara-negara yang mempunyai jaringan komputer dan telepon. E-Commerce memiliki
beberapa jenis, yaitu: Business to business (B2B) atau Bisnis antara perusahaan
dengan perusahaan lain, Business to consumer (B2C) yang meliputi retail dan
sifatnya melayani pelanggan yang bervariasi, Consumer to consumer (C2C) yang
sifarnya lelang (auction), dan Government: G2G, G2B, G2C yang melakukan layanan
terhadap perusahaan untuk keperluan bisnis hingga melayani masyarakat.
Perkembangan
e-commerce di Indonesia sendiri telah ada sejak tahun 1996, dengan berdirinya
Dyviacom Intrabumi atau D-Net (www.dnet.net.id) sebagai perintis transaksi online. Wahana transaksi berupa mal
online yang disebut D-Mall (diakses lewat D-Net) ini telah menampung sekitar 33
toko online/merchant. Produk yang dijual bermacam-macam, mulai dari makanan,
aksesori, pakaian, produk perkantoran sampai furniture. Selain itu, berdiri
pula http://www.ecommerce-indonesia.com/, tempat penjualan online berbasis internet yang memiliki
fasilitas lengkap seperti adanya bagian depan toko (storefront) dan shopping
cart (keranjang belanja). Selain itu, ada juga Commerce Net Indonesia – yang
beralamat di http://isp.commerce.net.id/. Sebagai Commerce Service Provider (CSP) pertama di Indonesia,
Commerce Net Indonesia menawarkan kemudahan dalam melakukan jual beli di
internet. Commerce Net .Indonesia
sendiri telah bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang membutuhkan e-commerce,
untuk melayani konsumen seperti PT Telkom dan Bank International Indonesia.
Selain itu, terdapat pula tujuh situs yang menjadi anggota Commerce Net
Indonesia, yaitu Plasa.com, Interactive Mall 2000, Officeland, Kompas Cyber
Media, Mizan Online Telecommunication Mall dan Trikomsel.[2]
Seiring dengan perkembangannya, e-commerce
telah masuk dalam wilayah jejaring sosial seperti facebook dan twitter.
Pengguna jejaring sosial tersebut juga ikut meningkat. Hal ini memberikan
peluang kepada pelaku bisnis baik retail maupun manufaktur untuk memajukan dan
memperluas bisnis yang mereka jalankan melalui media ini. Peran dari media sosial dalam dunia
bisnis sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Menurut Gunawan (2012) E-commerce melebur
menjadi sosial commerce yang terdiri dari Facebook Commerce (f-commerce)
dan Twitter Commerce (t-commerce). Sebagai
pengguna jejaring sosial yang melakukan usaha perdagangan jual beli melalui media
jejaring social, mereka tidak hanya sebagai penjual saja namun juga sebagai
pengguna aktif jejaring sosial. Para pelaku bisnis tidak memfokuskan usahanya saja namun
juga dengan melakukan komunikasi diantara para pengguna.
B. Rumusan Masalah
Peneletian ini dilakukan untuk menjawab
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana
keterkaitan e-commerce dengan cuberculture?
2. Apa alasan
penggunaan facebook sebagai media e-commerce?
3. Apa
keuntungan dan kerugian penggunaan facebook sebagai media e-commerce?
4. Bagaimanakah
tren facebook commerce saat ini?
C. Tujuan Peneltian
Penelitian ini dilakukan untuk:
1.Mendeskripsikan
keterkaitan antara trend e-commerce dengan cyberculture.
2.Mengetahui
alasan penggunaan facebook sebagai media e-commerce.
3.Mengetahui
keuntungan dan kerugian penggunaan facebook sebagai media e-commerce.
4.Menjabarkan
tren facebook commerce saat ini.
D. Metodologi penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif, yakni sebuah metode untuk mengeksplorasi dan memahami suatu
fenomena yang kemudian diinterpretasikan guna menemukan arti yang
mendalam.Metode ini dipilih karena realitas social begitu kompleks, bercorak
banyak, holistic, dinamis, penuh makna dan memiliki hubungan interaktif. Sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah Ethnografhic yakni suatu pendekatan untuk menggambarkan, menganalisis, dan menafsirkan kelompok budaya. Dalam hal ini ntuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang pengguna
f-commerce dalam kaitannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangannya
tentang trend e-commerce melalui facebook.
Subyek penelitian ini adalah pengguna
facebook dengan jumlah 50 orang. Sedangkan obyek penelitian adalah
cyberculture. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan
wawancara mendalam. Observasi yang
peneliti lakukan ialah dengan mengamati perilaku pelaku facebook terkait dengan
jual-beli online melalui fb.
Wawancara mendalam
(in-depth interfiew) dilakukan untuk menggali informasi atau data
sebanyak-banyaknya dari responden/informan.[3]
Teknik ini menuntut peneliti untuk bertanya sebanyak-banyaknnya dengan
perolehan data atau informasi yang rinci.
Wawancara ini meliputi pertanyaan mengenai : apakah mereka melakukan
e-commerce melalui fb, alasan penggunaan fb sebagai media e-commerce, barang
yang dijual/beli, bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan, dan ketertarikan
penggunaan f-commerce saat ini.
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa data kualitatif model interaktif, mengikuti
konsep yang diberikan oleh Miles and Huberman. Aktifitas dalam data analisis
data meliputi:
1. Pengumpulan
data, yakni data mentah hasil wawancara dan observasi dikumpulkan menjadi satu.
2. Reduksi
data, selanjutnya data yang terkumpul diklasifikasikan dengan membuat catatan
ringkasan, mengkode untuk menyesuaikan menurut hasil penelitian.
3. Display
data. Yakni data yang sudah dikelompokkan dan sudah disesuaikan dengan kode-kodenya,
kemudian disajikan dalam bentuk tulisan deskriptif agar mudah dipahami secara
keseluruhan dan juga dapat menarik kesimpulan untuk melakukan penganalisisan
dan penelitian selanjutnya.
4. Penarikan
kesimpulan
Hasil penelitian yang telah terkumpul dan terangkum
diulang kembali dengan mencocokkan pada reduksi data dan display data,
agar kesimpulan yang telah dikaji dapat disepakati untuk ditulis
sebagai laporan yang memiliki tingkat kepercayaan yang benar.
E. Hasil Penelitian
Definisi E-commerce
Penerapan electronic commerce (E-commerce)
dimulai pada tahun 1970.an dengan adanya inovasi semacam electronic file
transfer. Selain itu aplikasinya terbatas pada perusahaan-perusahaan besar,
lembaga keungan, dan perusahaan kecil yang nekat. Lalu muncullah elektronik
data interchange yang berkambang dari transaksi keungan ke pemrosesan transaksi
yang lain sreta memperbesar jumlah perusahaan yang berperan. Pusat riset e-commerce di Universitas Texas
mempelajari sector yang tumbu paling cepat adalah e-commerce pada perusahaan
internet. Di tahun 2002 saja satu triliyun dollar pendapatan di hasilkan dari
internet, alasan pesatnya perkembangan teknologi tersebut di karenakan
perkembangan jarimngan, protocol, perangkat lunak, spesifikasi, meningkatnya
persaingan dan berbagai tekanan bisnis lain.
E-commerce merupakan konsep baru yang bisa
digunakan sebagai proses jual beli pada world wide web internet. Sedangkan
Turban, Lee, King, dan Chung ,mengatakan e-commerce adalah proses jual beli
atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi termasuk
internet. Beberapa orang mendifinisikan e-commerce secara sempit dan lebih suka
menggunakan istilah e-bussiness sebagai e-commerce secara lebih luas.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Lou Gerstner, CEO di IBM, bahwa e-bussiness
merupakan semua hal yang menyangkut masa siklus, kecepatan, globalisasi,
produktivitas tinggi, penjangkauan pelanggan baru serta antar perusahaan lintas
lembaga untuk menjaga keunggulan kompetitif. Padahal e-commerce bisa beragam
bentuknya tergantung pada tingkat digitalisasi produk, prosesnya serta
agen-agen perantaranya.
Aplikasi e-commerce dibangun atas
infrastruktur teknologi yang ada. Turban mengatakan bahwa aplikasi e-commerce
ditopang oleh berbagai infrastruktur sedang Implemantasinya tidak lepas dari
wilayah utama yakni manusia, kebijakan public, standart dan protokoler teknis
serta organisasi lain. Management e-commerce lah yang akan mengkoordinasikan
aplikasi, infrastruktur dan
pilar-pilarnya.[4]
Keterkaitan E-Commerce dengan Cyberculture
Perdagangan
online (e-commerce) di Indonesia kian tumbuh subur. Ideosource memprediksi
nilai transaksi perdagangan online di negeri ini pada 2013 tumbuh 79,7%
dibandingkan dengan 2012 menjadi US$478 juta. Volume transaksi pada 2013 bisa mencapai 19,109 juta kali,
meningkat 57,9% dibandingkan dengan prediksi tahun lalu yang sebanyak
12,103 juta. Pada 2014 nilai transaksi diprediksi bakal melonjak hingga US$776
juta dengan jumlah transaksi mencapai 28,648 juta kali.
Hal ini
sebagaimana yang disebutkan oleh seluruh informan bahwa mereka pernah melakukan
jual beli secara online, baik sebagai penjual maupun pembeli. Kegiatan ini
mereka lakukan di awali dari aktvitas mereka di jejaring sosial, beberapa iklan
produk kerap kali muncul ketika para informan membuka akun mereka. Dari sinilah
ide berjualan melalui situs jejaring sosial muncul, selain itu melihat
banyaknya pengguna situs jejaring sosial turut menjadi motivasi informan untuk
melakukan ecommerce. Kehadiran ecommerce turut memberikan “feel” yang berbeda
bagi pelakunya. Informan A misalnya mengaku selain merasa lebih mudah, ia juga
merasa lebih gaul dengan membeli produk secara online. Karena umumnya
barang-barang yang di jual senantiasa uptodate. Selain itu online shop ini
tidak terbatas pada produk tertentu saja, namun cakupannya lebih luas dan
hampir semua produk niaga dapat untuk dijadikan bisnis online.
Jawaban dari
para informan ini didukung dengan data oleh Perusahaan periset pasar Frost
& Sullivan dalam laporan menyebutkan pendapatan transaksi e-Commerce di
Indonesia mencapai USD 120 juta pada 2010 dan akan menjadi USD 650 juta pada
2015.[5] Semakin tingginya jumlah pendapatan dari
transaksi e-Commerce di Indonesia ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan
perubahan perilaku konsumen kelas sosial menengah di Indonesia yang sedang
berkembang dengan kondusif. Perubahan perilaku ini didorong oleh
ketidaknyamanan berbelanja secara offline. Selain
itu juga didukung dengan tren digital semakin menguatkan posisi e-commerce
sebagai gaya hidup masyarakat digital.
Facebook sebagai media E-Commerce
Sebagian besar pengguna internet Indonesia
menggunakan internet untuk keperluan jejaring sosial, termasuk mengakses
Facebook dan Twitter. Data dari SocialBakers
per Jumat (16/11/2012) menunjukkan jumlah pengguna Facebook Indonesia sudah
mencapai 50,4 juta, berada di peringkat ke-4 setelah Amerika, Brazil dan India.
Kelompok terbesar pengguna Facebook di Indonesia berusia 18-24 tahun dengan
jumlah user 21,7 juta. Sementara pengguna Twitter per Juni 2012 sudah mencapai 29,4
juta, menurut data dari Semiocast.[6]
Maka tak mengherankan jika kemudian e-commerce merambah ke jejaring social.
Dalam menjalankan e-commerce para pelaku
Facebook Commerce, yakni penjual mengupload catalog melalui facebook mereka.
Lalu penjual men“Tag” catalog kepada
teman-teman facebooknya. Di sinilah pelanggan dapat melihat gambar-gambar produk
serta harga-harga barang dalam catalog yang sudah di upload. Jika pelanggan
tertarik dengan catalog yang sudah di upload, biasanya mereka nge“like” pada
gambar yang dituju. Dalam postingan tersebut seorang penjual juga mencamtumkan
nomer hp atau pin blackberry apabila
konsumen ingin menindak lanjuti barang yang diinginkan.
Apabila pembeli sudah melakukan tawar-menawar
dengan penjual, dan mereka sudah sepakat dengan ketentuan yang di berikan
seperti masalah harga, pengiriman dll, maka pembeli bisa melakukan transfer ke
rekening yang sudah di berikan oleh penjual. Ketika penjual sudah menerima
transferan dari pembeli, selanjutnya penjual mengirim barang yang dipesan melalui perusahaan jasa seperti jne,
tiki,dan lain-lain.
Saat ini facebook juga
menambahkan aplikasi berbentuk facebook Fan Page, yang akan membantu
pemasaran atau promosi sosial media, yaitu Facebook Offers. Facebook
Offers adalah suatu alat atau fitur baru untuk membuat dan berbagi diskon
atau kupon dengan orang-orang atau pembeli di Fan Page. Facebook Offers sangat
mudah untuk digunakan. Dari alat berbagi atau share dibagian atas
timeline facebook pengguna sehingga ia tinggal mengklik offer, an
event, dan klik offer lagi. Anda akan diminta untuk mengisi
sebuah kolom seperti:
1. Add a Headline
for the Offer, disini harus
ditambahkan judul untuk penawaran produk, misalnya, jika pembeli membeli satu
celana pende, mereka mendapatkan gratis satu celana pendek);
2. Upload a Photo, disini Anda harus menambahkan foto dari
barang yang Anda beri diskon. Sehingga, pembeli dapat melihat barang tersebut;
3. Set a Number of
“Claims”, disini Anda bisa
membatasi jumlah pembeli yang menawar barang Anda. Seperti (e.g good for 500
customers) Anda hanya memberi tawaran hanya untuk 500 pembeli saja;
4. Choose the Offer
Start and Expiration Dates, disini Anda
dapat menetapkan tanggal untuk tawaran awal atau tawaran pertama dan tanggal
kadaluarsa atau sudah berakhirnya penawaran barang tersebut;
5. Add Terms and
Conditions for the Offer, Anda dapat
menambahkan ketentuan dan syarat untuk penawaran.
Dengan penambahan aplikasi
baru pada facebook, diharapkan dapat membantu para pebisnis online untuk lebih
meningkatkan usaha mereka.[7]
Selain aplikasi facebook offer, facebook juga menambahkan aplikasi lain yang
semakin memanjakan para pelaku e-commerce, meliputi:
- Highware aplication store memungkinkan pedagang untuk mengintegrasikan keranjang belanja sepenuhnya dan diaktifkan langsung pada setiap Facebook fan page. Dapat menjual hingga 100 produk, dan menerima pembayaran dengan PayPal dan kartu kredit. Dengan menampilkan "Shop" tab pada halaman Facebook bisnis A, konsumen dapat melihat seluruh ketersediaan barang, menambahkan item keranjang pembelian, dan membayar menggunakan checkout/pembayaran yang aman.
- Payvment’s E-Commerce Storefront memungkinkan seseorang untuk memulai sebuah toko profesional di Facebook. Aplikasi ini memberikan semua yang dibutuhkan termasuk fitur lengkap admin untuk mengelola toko dan produk langsung dari Facebook. Dengan aplikasi ini pembeli dapat berbelanja produk-produk seperti situs e-commerce lainnya. Pembeli dapat menggunakan Visa mereka saldo PayPal untuk melakukan pembelian.
- VendorShop telah digunakan oleh ribuan bisnis di seluruh dunia untuk membantu mereka meningkatkan penjualan dari keberadaan Facebook mereka. Aplikasi ni penuh dengan fitur yang besar dan secara rutin menambahkan yang baru. Produk dapat di-upload secara manual atau melalui alat csv dan tidak ada batas untuk jumlah yang ingin masukkan. Penjual dapat mengubah bagaimana halamannya terlihat dan pengaturan pembaruan seperti apakah untuk menunjukkan 'kehabisan stok' produk. Pembayaran diproses melalui Paypal.
- Storenvy adalah pasar sosial bagi pembeli dan penjual indie. Pembeli berbelanja di semua toko sekaligus, dan penjual dapat menyesuaikan dan memulai sebuah toko GRATIS dalam hitungan menit. Storenvy aplikasi store memungkinkan penjual menempatkan toko mereka tepat di Halaman Facebook dan Profil. Pengguna dapat "Sebarkan" item tertentu pada profil mereka.
Keuntungan dan Kerugian Facebook sebagai Media E-Commerce
Menurut data yang dimiliki Kementerian
Komunikasi dan Informatika tahun 2012, total ada 44,06 juta orang yang
menggunakan situs jejaring sosial Facebook dan tercatat sebagai pengguna
tertinggi keempat di dunia.[1]
Bagi pengusaha yang jeli melihat kondisi ini maka dapat dijadikan pasar baru
bisnis mereka. Bisnis via Facebook commerce sangatlah
menjanjikan. Banyak kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh.
Pelaku F-Commerce dapat menjangkau wilayah pemasaran yang
luas tanpa harus mengeluarkan biaya pemasangan iklan dan biaya untuk sewa tempat, selain itu konsumen juga dapat menghemat waktu tanpa harus datang ke lokasi dan Konsumen dapat
memilih barang atau jasa yang diinginkan tanpa batas waktu.
Perdagangan melalui F-Commerce tidak berjalan
dengan mulus tapi juga ada kerugian yang dialami oleh pelaku F-commerce,
diantara kerugian yang pernah dialami oleh pelaku F-Commerce adalah penipuan
yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, barang yang
diterima oleh pembeli tidak sesuai gambar yang diberikan oleh penjual dan
pembatalan pembelian barang secara sepihak.
Trend F-Commerce saat ini
Di tahun 2012 pengguna
facebook terus meningkat. Dan ini mendorong e-commerce untuk merambah melalui
social media, facebook. Seputarecommerce.blogspot.com di tahun 2011 memberikan
data terkait penggunaan facebook sebagaimana berikut:
Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan munculnya berbagai gadget baru cukup menggoda para pelaku facebook commerce untuk beralih media e-commerce. Dari yang awalnya melalui facebook kini beralih melalui bbm, chating. Bahkan dengan maraknya situs jul-beli online yang secara khusus dipahami masyarakat sebagai e-marketplace juga turut mendorong beralihnya pengguna f-commerce ke situs jual-beli online. Berdasarkan data dari m.portal.paseban.com, dari tahun 2011 hingga 2013 situs jual beli seperti kaskus, tokobagus, berniaga, multiplay, dan paseban termasuk situs jual-beli online terpopuler di Indonesia
- 500+ juta pengguna Aktif.250+ juta orang menggunakan facebook untuk websitenya
- 200+ juta pengguna facebook mengakses Facebook menggunakan mobile phone
- 700+ milyar menit perbulan dihabikan di Facebook
- 50% login setiap hari
- Rata-rata user mempunyai 130 teman
- Rata-rat user terkoneksi kedalam 80 community pages, groups and events
- Rata-rata user membuat 90 content setiap bulan
- 30 milyar content di sharing setiap bulannya
- 20 milyar applications terinstal setiap hari
- 10,000 new websites di integrasikan dengan facebook setiap hari
- 2.5 juta websites di Integrasikan dengan facebook
Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan munculnya berbagai gadget baru cukup menggoda para pelaku facebook commerce untuk beralih media e-commerce. Dari yang awalnya melalui facebook kini beralih melalui bbm, chating. Bahkan dengan maraknya situs jul-beli online yang secara khusus dipahami masyarakat sebagai e-marketplace juga turut mendorong beralihnya pengguna f-commerce ke situs jual-beli online. Berdasarkan data dari m.portal.paseban.com, dari tahun 2011 hingga 2013 situs jual beli seperti kaskus, tokobagus, berniaga, multiplay, dan paseban termasuk situs jual-beli online terpopuler di Indonesia
Maka tak mengherankan jika 75%
informan mulai beralih ke situs jual beli online. Informan B mengatakan meski
ia masih memasarkan produknya melalui facebook, namun ia juga menggunakan bbm
dan situs jual beli. Utamanya situs berniaga dan toko bagus. Informan C juga
berpendapat bahwa apresiasi dari pembeli juga cukup banyak melalui kedua media ini
dibandingkan dengan facebook. Oleh karenannya, meski tidak meninggalkan
facebook secara keseluruhan, namun kehadiran facebook sebagai media ecommerce
telah tergantikan dengan hadirnya situs jual beli dan aplikasi chating
smartphone.
F. KesimpulanE-commerce adalah proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi termasuk internet. Beberapa orang mendifinisikan e-commerce secara sempit dan lebih suka menggunakan istilah e-bussiness sebagai e-commerce secara lebih luas. Padahal e-commerce bisa beragam bentuknya tergantung pada tingkat digitalisasi produk, prosesnya serta agen-agen perantaranya. Perkembangan e-commerce di Indonesia sendiri telah ada sejak tahun 1996, dengan berdirinya Dyviacom Intrabumi atau D-Net (www.dnet.net.id) sebagai perintis transaksi online. Dengan semakin meningkatnya penggunaan internet di Indonesia juga turut mendorong masyarakat untuk mulai melakukan e-commerce. Selain itu juga didorong oleh meningkatnya kebutuhan perubahan perilaku konsumen kelas sosial menengah di Indonesia yang sayangnya tidak didorong oleh kenyamanan berbelanja secara offline. Selain itu juga didukung dengan tren digital semakin menguatkan posisi e-commerce sebagai gaya hidup masyarakat digital.Sebagian besar pengguna internet Indonesia menggunakan internet untuk keperluan jejaring sosial, termasuk mengakses Facebook. Cara yang dilakukan oleh facebook commerce dalam menjalankan bisnis mereka dengan memposting gambar produk dan menandai teman-teman mereka. Tak lupa dicantumkan contact person pada gambar tersebut. Pembeli tinggal menghubungi nomor tersebut dan setelah deal pembeli akan mentransfer uang. Barang yang diinginkan dapat diterima pembeli melalui jasa pengiriman barang. Selain itu facebook juga menambahkan berbagai aplikasi lain yang diharapkan dapat memanjakan para f-commerce, seperti Facebook Offers, Highwire Social Store, Payvment’s E-Commerce Storefront, VendorShop, dan Storenvy aplikasi store.Keuntungan penggunaan facebook sebagai media e-commerce ialah market yang luas dengan minimal biaya, dan penghematan waktu. Sementara kerugiannya ialah rentan penipuan, barang yang dibeli tidak sesuai dengan gambar, dan pembatalan secara sepihak. Meski facebook memiliki jumlah pengguna yang banyak dan aplikasi yang ditawarkan juga beragam, namun seiring dengan perkembangan teknologi, ternyata cukup menggoda para pelaku f-commerce untuk beralih media ke aplikasi chating smartphone dan situs jual-beli online.
[1] http://eradhany.wordpress.com/2009/03/19/perkembangan-e-commerce-di-dunia-dan-di-indonesia/, diakses pada tanggal 17 Juni 2013
[2]file:///C:/Users/user/Documents/ECommerce%20dan%20Perkembangannya%20di%20Indonesia%20_%20Fardiansyah7fold%27s%20Blog.htm, diakses pada
tanggal 17 Juni 2013
[3] Hamidi, Metode
Penelitian Kualitatif : Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan
Penelitian, (Malang : UMM Press),
h56
[4] M. Suyanto, Strategi Periklanan pada E-Commerce Perusahaan
Top Dunia Edisi 1, (Yogyakarta : Andi. 2003), h13
[5] http://www.beritasatu.com/ekonomi/116178-pendapatan-transaksi-ecommerce-di-indonesia-akan-capai-usd-650-juta-pada-2015.html, diakses pada
tanggal 17 Juni 2013
[6] http://tekno.liputan6.com/read/454943/pengguna-internet-indonesia-capai-61-juta, diakses pada
tanggal 17 Juni 2013
[7]
file:///C:/Users/user/Documents/Social%20Commerce%20%C2%BB%20F-Commerce.htm
No comments:
Post a Comment