Monday, June 24, 2013

Tren E-Commerce sebagai Cyberculture



Tren E-Commerce sebagai Cyberculture

Studi kasus: Tren E-Commerce melalui Facebook

Hikmah Rofidah Lailiyah,dkk

IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jl. Jend. A.Yani No. 117, Surabaya

Email: hikmah_fp@yahoo.co.id

Abstract: Trend E-Commerce as Cyberculture

Currently e-commerce has become a trend in the society along with the increasing use of internet in life. Most of the Indonesian internet users use the internet for social networking purposes, including accessing Facebook. E-commerce media is so diverse. One of them is by using facebook.

The issues raised in this penlitian include e-commerce linkage with cyberculture, reasons for use facebook as a medium of e-commerce, the advantages and disadvantages of using facebook as a medium of e-commerce, facebook commerce and current trends. The method used in this study is a qualitative ethnographic approach in order to gain an understanding of the trend of e-commerce as cyberculture. And to answer the focus problems of data analysis techniques used by Miles and Huberman.

From the research it was found that the trend of e-commerce has become the lifestyle of today's society. Faceboook is selected as the e-commerce because of the number of facebook users is so large. In addition, because Facebook provides a wide variety of applications add to the advantage in doing e-commerce, such as convenience and cost savings. While the disadvantages of using facebook is susceptible fraud, item purchased not in accordance with the drawings, and the unilateral cancellation. Although facebook has a lot of number of users and applications offered also vary, but along with the development of technology, it is quite tempting the perpetrators of f-commerce for media switch to smartphone chat application and online trading sites.



Key words: e-commerce, facebook





A.     Pendahuluan

Kemajuan teknologi informasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat yang mana hal ini mendorong pemanfaatan teknologi. Hal ini memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat baik individu maupun organisasi. Teknologi informasi atau Information technology (IT) telah mengubah paradigma, menciptakan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis baru, serta menciptakan jenis pekerjaan dan karir baru dalam pekerjaan manusia (Gultom,2008), hampir semua bidang perekonomian dan pemerintahan diseluruh belahan dunia tidak terlepas dari peran elektronik atau online sebagai media pendukung jalannya rutinitas tersebut. Peran teknologi menjadi sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bidang dalam mencapai target pasar. Teknologi menjadi suatu basis pendistribusian dimana seseorang menginginkan sebuah pekerjaan yang lebih efisien.

Internet merupakan bagian dari teknologi informasi yang mengalami perkembangan pesat saat ini. Internet menghilangkan batas-batas fisik antara manusia dibelahan dunia. Internet juga mendorong ekonomi konvensional yang lambat dan mengandalkan interaksi sumber daya fisik lokal menjadi ekonomi digital yang cepat. Industri Internet di Indonesia melesat bagai anak panah baik dari sisi jumlah pengguna Internet maupun volume trafiknya. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan riset dari Indonesia Security Incident Responses Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII), pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia tumbuh 2.600 persen dari 2 juta orang pada 2000 meningkat menjadi 63 juta pada 2012. Jumlah ini bahkan diprediksi akan meningkat hingga 82 juta orang di akhir 2013 ini.

Bahkan dari survei sejumlah lembaga internasional seperti Nielsen, BCG, dan Yahoo, jumlah pengguna Internet di Indonesia akan melonjak hingga 146 juta orang pada 2015. Lebih dahsyat lagi bila melihat volume trafik, yang meningkat juga hingga lebih dari 2 juta persen dalam 10 tahun terakhir hingga mencapai 64 GB pada akhir 2012.

Pertumbuhan Internet tersebut diiringi dengan berkembangnya transaksi melalui online, baik pajak, pendaftaran siswa baru, atau pun jual beli barang dan jasa, yang kemudian disebut juga e-commerce. Tak hanya ratusan, bahkan sampai ribuan situs e-commerce dan akun Facebook online shop menjamur di Indonesia. Meski masih dalam level amatir, artinya transaksi tidak menggunakan kartu kredit atau Pay Pal, namun gelombang e-commerce meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir.

Bahkan, Indonesia ICT Institute, menyebutkan bahwa bisnis perdagangan elektronik memang sedang bergairah. Apalagi, dalam catatan Direktorat E-Business Kementerian Komunikasi dan Informatika, bisnis ini berpotensi memutar uang Rp330 triliun. Gelombang e-commerce tersebut menciptakan gelembung manakala perusahaan e-commerce global mulai memasuki pasar Indonesia. Sebut saja Zalora, Tokobagus.com, Rakuten, dan MUltiply. Selain itu, ada juga pemain lokal Plasa.com, Kaskus.us, maupun Blibli.com.[1]

E-commerce menjadi salah satu pilihan seseorang dalam membuat sebuah inovasi pada usahanya. Sesuai dengan kondisi saat ini yang serba canggih, maka pebisnis mulai menggunakan internet sebagai jurus jitu untuk lebih mengembangkan usahanya. Saat ini toko online, menjadi sangat marak baik untuk kalangan yang sudah berusia maupun di kalangan anak muda. Tren onlineshop merupakan kesempatan emas jika seorang pebisnis mampu memanfaatkan dengan baik dan mampu mencari peluang di tengah persaingan yang begitu ketat antar pebisnis lain.

Ecommerce sendiri berasal dari layanan EDI (Electronic Data Interchange), layanan EDI ini telah berkembang sedemikian pesatnya di negara-negara yang mempunyai jaringan komputer dan telepon. E-Commerce memiliki beberapa jenis, yaitu: Business to business (B2B) atau Bisnis antara perusahaan dengan perusahaan lain, Business to consumer (B2C) yang meliputi retail dan sifatnya melayani pelanggan yang bervariasi, Consumer to consumer (C2C) yang sifarnya lelang (auction), dan Government: G2G, G2B, G2C yang melakukan layanan terhadap perusahaan untuk keperluan bisnis hingga melayani masyarakat.

Perkembangan e-commerce di Indonesia sendiri telah ada sejak tahun 1996, dengan berdirinya Dyviacom Intrabumi atau D-Net (www.dnet.net.id) sebagai perintis transaksi online. Wahana transaksi berupa mal online yang disebut D-Mall (diakses lewat D-Net) ini telah menampung sekitar 33 toko online/merchant. Produk yang dijual bermacam-macam, mulai dari makanan, aksesori, pakaian, produk perkantoran sampai furniture. Selain itu, berdiri pula http://www.ecommerce-indonesia.com/, tempat penjualan online berbasis internet yang memiliki fasilitas lengkap seperti adanya bagian depan toko (storefront) dan shopping cart (keranjang belanja). Selain itu, ada juga Commerce Net Indonesia – yang beralamat di http://isp.commerce.net.id/. Sebagai Commerce Service Provider (CSP) pertama di Indonesia, Commerce Net Indonesia menawarkan kemudahan dalam melakukan jual beli di internet. Commerce Net .Indonesia sendiri telah bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang membutuhkan e-commerce, untuk melayani konsumen seperti PT Telkom dan Bank International Indonesia. Selain itu, terdapat pula tujuh situs yang menjadi anggota Commerce Net Indonesia, yaitu Plasa.com, Interactive Mall 2000, Officeland, Kompas Cyber Media, Mizan Online Telecommunication Mall dan Trikomsel.[2]

Seiring dengan perkembangannya, e-commerce telah masuk dalam wilayah jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Pengguna jejaring sosial tersebut juga ikut meningkat. Hal ini memberikan peluang kepada pelaku bisnis baik retail maupun manufaktur untuk memajukan dan memperluas bisnis yang mereka jalankan melalui media ini. Peran dari media sosial dalam dunia bisnis sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Menurut Gunawan (2012) E-commerce melebur menjadi sosial commerce yang terdiri dari Facebook Commerce (f-commerce) dan Twitter Commerce (t-commerce). Sebagai pengguna jejaring sosial yang melakukan usaha perdagangan jual beli melalui media jejaring social, mereka tidak hanya sebagai penjual saja namun juga sebagai pengguna aktif jejaring sosial. Para pelaku bisnis tidak memfokuskan usahanya saja namun juga dengan melakukan komunikasi diantara para pengguna.

B. Rumusan Masalah

Peneletian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana keterkaitan e-commerce dengan cuberculture?

2. Apa alasan penggunaan facebook sebagai media e-commerce?

3. Apa keuntungan dan kerugian penggunaan facebook sebagai media e-commerce?

4. Bagaimanakah tren facebook commerce saat ini?

C. Tujuan Peneltian

Penelitian ini dilakukan untuk:

1.Mendeskripsikan keterkaitan antara trend e-commerce dengan cyberculture.

2.Mengetahui alasan penggunaan facebook sebagai media e-commerce.

3.Mengetahui keuntungan dan kerugian penggunaan facebook sebagai media e-commerce.

4.Menjabarkan tren facebook commerce saat ini.

D. Metodologi penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yakni sebuah metode untuk mengeksplorasi dan memahami suatu fenomena yang kemudian diinterpretasikan guna menemukan arti yang mendalam.Metode ini dipilih karena realitas social begitu kompleks, bercorak banyak, holistic, dinamis, penuh makna dan memiliki hubungan interaktif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah Ethnografhic yakni suatu pendekatan  untuk menggambarkan, menganalisis, dan menafsirkan kelompok budaya. Dalam hal ini ntuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang pengguna f-commerce dalam kaitannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangannya tentang trend e-commerce melalui facebook.

Subyek penelitian ini adalah pengguna facebook dengan jumlah 50 orang. Sedangkan obyek penelitian adalah cyberculture. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Observasi yang peneliti lakukan ialah dengan mengamati perilaku pelaku facebook terkait dengan jual-beli online melalui fb.

Wawancara mendalam (in-depth interfiew) dilakukan untuk menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari responden/informan.[3] Teknik ini menuntut peneliti untuk bertanya sebanyak-banyaknnya dengan perolehan data atau informasi yang rinci.  Wawancara ini meliputi pertanyaan mengenai : apakah mereka melakukan e-commerce melalui fb, alasan penggunaan fb sebagai media e-commerce, barang yang dijual/beli, bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan, dan ketertarikan penggunaan f-commerce saat ini.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif model interaktif, mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles and Huberman. Aktifitas dalam data analisis data meliputi:

1.   Pengumpulan data, yakni data mentah hasil wawancara dan observasi dikumpulkan menjadi satu.

2.   Reduksi data, selanjutnya data yang terkumpul diklasifikasikan dengan membuat catatan ringkasan, mengkode untuk menyesuaikan menurut hasil penelitian.

3.   Display data. Yakni data yang sudah dikelompokkan dan sudah disesuaikan dengan kode-kodenya, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan deskriptif agar mudah dipahami secara keseluruhan dan juga dapat menarik kesimpulan untuk melakukan penganalisisan dan penelitian selanjutnya.

4.   Penarikan kesimpulan

Hasil penelitian yang telah terkumpul dan terangkum diulang  kembali dengan mencocokkan pada reduksi data dan display data,  agar kesimpulan yang telah dikaji dapat disepakati untuk ditulis sebagai laporan yang memiliki tingkat kepercayaan yang benar.

E. Hasil Penelitian

Definisi E-commerce

Penerapan electronic commerce (E-commerce) dimulai pada tahun 1970.an dengan adanya inovasi semacam electronic file transfer. Selain itu aplikasinya terbatas pada perusahaan-perusahaan besar, lembaga keungan, dan perusahaan kecil yang nekat. Lalu muncullah elektronik data interchange yang berkambang dari transaksi keungan ke pemrosesan transaksi yang lain sreta memperbesar jumlah perusahaan yang berperan.  Pusat riset e-commerce di Universitas Texas mempelajari sector yang tumbu paling cepat adalah e-commerce pada perusahaan internet. Di tahun 2002 saja satu triliyun dollar pendapatan di hasilkan dari internet, alasan pesatnya perkembangan teknologi tersebut di karenakan perkembangan jarimngan, protocol, perangkat lunak, spesifikasi, meningkatnya persaingan dan berbagai tekanan bisnis lain.

E-commerce merupakan konsep baru yang bisa digunakan sebagai proses jual beli pada world wide web internet. Sedangkan Turban, Lee, King, dan Chung ,mengatakan e-commerce adalah proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi termasuk internet. Beberapa orang mendifinisikan e-commerce secara sempit dan lebih suka menggunakan istilah e-bussiness sebagai e-commerce secara lebih luas. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Lou Gerstner, CEO di IBM, bahwa e-bussiness merupakan semua hal yang menyangkut masa siklus, kecepatan, globalisasi, produktivitas tinggi, penjangkauan pelanggan baru serta antar perusahaan lintas lembaga untuk menjaga keunggulan kompetitif. Padahal e-commerce bisa beragam bentuknya tergantung pada tingkat digitalisasi produk, prosesnya serta agen-agen perantaranya.

Aplikasi e-commerce dibangun atas infrastruktur teknologi yang ada. Turban mengatakan bahwa aplikasi e-commerce ditopang oleh berbagai infrastruktur sedang Implemantasinya tidak lepas dari wilayah utama yakni manusia, kebijakan public, standart dan protokoler teknis serta organisasi lain. Management e-commerce lah yang akan mengkoordinasikan aplikasi, infrastruktur  dan pilar-pilarnya.[4]

Keterkaitan E-Commerce dengan Cyberculture

Perdagangan online (e-commerce) di Indonesia kian tumbuh subur. Ideosource memprediksi nilai transaksi perdagangan online di negeri ini pada 2013 tumbuh 79,7% dibandingkan dengan 2012 menjadi US$478 juta. Volume transaksi pada 2013 bisa mencapai 19,109 juta kali, meningkat 57,9% dibandingkan dengan prediksi tahun lalu yang sebanyak 12,103 juta. Pada 2014 nilai transaksi diprediksi bakal melonjak hingga US$776 juta dengan jumlah transaksi mencapai 28,648 juta kali.

Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh seluruh informan bahwa mereka pernah melakukan jual beli secara online, baik sebagai penjual maupun pembeli. Kegiatan ini mereka lakukan di awali dari aktvitas mereka di jejaring sosial, beberapa iklan produk kerap kali muncul ketika para informan membuka akun mereka. Dari sinilah ide berjualan melalui situs jejaring sosial muncul, selain itu melihat banyaknya pengguna situs jejaring sosial turut menjadi motivasi informan untuk melakukan ecommerce. Kehadiran ecommerce turut memberikan “feel” yang berbeda bagi pelakunya. Informan A misalnya mengaku selain merasa lebih mudah, ia juga merasa lebih gaul dengan membeli produk secara online. Karena umumnya barang-barang yang di jual senantiasa uptodate. Selain itu online shop ini tidak terbatas pada produk tertentu saja, namun cakupannya lebih luas dan hampir semua produk niaga dapat untuk dijadikan bisnis online.

Jawaban dari para informan ini didukung dengan data oleh Perusahaan periset pasar Frost & Sullivan dalam laporan menyebutkan pendapatan transaksi e-Commerce di Indonesia mencapai USD 120 juta pada 2010 dan akan menjadi USD 650 juta pada 2015.[5]  Semakin tingginya jumlah pendapatan dari transaksi e-Commerce di Indonesia ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan perubahan perilaku konsumen kelas sosial menengah di Indonesia yang sedang berkembang dengan kondusif. Perubahan perilaku ini didorong oleh ketidaknyamanan berbelanja secara offline. Selain itu juga didukung dengan tren digital semakin menguatkan posisi e-commerce sebagai gaya hidup masyarakat digital.

Facebook sebagai media E-Commerce

Sebagian besar pengguna internet Indonesia menggunakan internet untuk keperluan jejaring sosial, termasuk mengakses Facebook dan Twitter. Data dari SocialBakers per Jumat (16/11/2012) menunjukkan jumlah pengguna Facebook Indonesia sudah mencapai 50,4 juta, berada di peringkat ke-4 setelah Amerika, Brazil dan India. Kelompok terbesar pengguna Facebook di Indonesia berusia 18-24 tahun dengan jumlah user 21,7 juta. Sementara pengguna Twitter per Juni 2012 sudah mencapai 29,4 juta, menurut data dari Semiocast.[6] Maka tak mengherankan jika kemudian e-commerce merambah ke jejaring social.

Dalam menjalankan e-commerce para pelaku Facebook Commerce, yakni penjual mengupload catalog melalui facebook mereka. Lalu penjual men“Tag” catalog  kepada teman-teman facebooknya. Di sinilah pelanggan dapat melihat gambar-gambar produk serta harga-harga barang dalam catalog yang sudah di upload. Jika pelanggan tertarik dengan catalog yang sudah di upload, biasanya mereka nge“like” pada gambar yang dituju. Dalam postingan tersebut seorang penjual juga mencamtumkan nomer hp atau pin blackberry  apabila konsumen ingin menindak lanjuti barang yang diinginkan.

Apabila pembeli sudah melakukan tawar-menawar dengan penjual, dan mereka sudah sepakat dengan ketentuan yang di berikan seperti masalah harga, pengiriman dll, maka pembeli bisa melakukan transfer ke rekening yang sudah di berikan oleh penjual. Ketika penjual sudah menerima transferan dari pembeli, selanjutnya penjual mengirim barang yang dipesan melalui perusahaan jasa seperti jne, tiki,dan lain-lain.

Saat ini facebook juga menambahkan aplikasi berbentuk facebook Fan Page, yang akan membantu pemasaran atau promosi sosial media, yaitu Facebook Offers. Facebook Offers adalah suatu alat atau fitur baru untuk membuat dan berbagi diskon atau kupon dengan orang-orang atau pembeli di Fan Page. Facebook Offers sangat mudah untuk digunakan. Dari alat berbagi atau share dibagian atas timeline facebook pengguna sehingga ia tinggal mengklik offer, an event, dan klik offer lagi. Anda akan diminta untuk mengisi sebuah kolom seperti:

1. Add a Headline for the Offer, disini harus ditambahkan judul untuk penawaran produk, misalnya, jika pembeli membeli satu celana pende, mereka mendapatkan gratis satu celana pendek);

2.  Upload a Photo, disini Anda harus menambahkan foto dari barang yang Anda beri diskon. Sehingga, pembeli dapat melihat barang tersebut;

3.  Set a Number of “Claims”, disini Anda bisa membatasi jumlah pembeli yang menawar barang Anda. Seperti (e.g good for 500 customers) Anda hanya memberi tawaran hanya untuk 500 pembeli saja;

4. Choose the Offer Start and Expiration Dates, disini Anda dapat menetapkan tanggal untuk tawaran awal atau tawaran pertama dan tanggal kadaluarsa atau sudah berakhirnya penawaran barang tersebut;

5. Add Terms and Conditions for the Offer, Anda dapat menambahkan ketentuan dan syarat untuk penawaran.

Dengan penambahan aplikasi baru pada facebook, diharapkan dapat membantu para pebisnis online untuk lebih meningkatkan usaha mereka.[7] Selain aplikasi facebook offer, facebook juga menambahkan aplikasi lain yang semakin memanjakan para pelaku e-commerce, meliputi:
  1. Highware aplication store memungkinkan pedagang untuk mengintegrasikan keranjang belanja sepenuhnya dan diaktifkan langsung pada setiap Facebook fan page. Dapat menjual hingga 100 produk, dan menerima pembayaran dengan PayPal dan kartu kredit. Dengan menampilkan "Shop" tab pada halaman Facebook bisnis A, konsumen dapat melihat seluruh ketersediaan barang, menambahkan item keranjang pembelian, dan membayar menggunakan checkout/pembayaran yang aman. 
  2. Payvment’s E-Commerce Storefront memungkinkan seseorang untuk memulai sebuah toko profesional di Facebook. Aplikasi ini memberikan semua yang dibutuhkan termasuk  fitur lengkap admin untuk mengelola toko dan produk langsung dari Facebook. Dengan aplikasi ini pembeli dapat berbelanja produk-produk seperti situs e-commerce lainnya. Pembeli dapat menggunakan Visa mereka saldo PayPal untuk melakukan pembelian.
  3. VendorShop telah digunakan oleh ribuan bisnis di seluruh dunia untuk membantu mereka meningkatkan penjualan dari keberadaan Facebook mereka. Aplikasi ni penuh dengan fitur yang besar dan secara rutin menambahkan yang baru. Produk dapat di-upload secara manual atau melalui alat csv dan tidak ada batas untuk jumlah yang ingin masukkan. Penjual dapat mengubah bagaimana halamannya terlihat dan pengaturan pembaruan seperti apakah untuk menunjukkan 'kehabisan stok' produk. Pembayaran diproses melalui Paypal. 
  4. Storenvy adalah pasar sosial bagi pembeli dan penjual indie. Pembeli berbelanja di semua toko sekaligus, dan penjual dapat menyesuaikan dan memulai sebuah toko GRATIS dalam hitungan menit. Storenvy aplikasi store memungkinkan penjual menempatkan toko mereka tepat di Halaman Facebook dan Profil. Pengguna dapat "Sebarkan" item tertentu pada profil mereka.
Keuntungan dan Kerugian Facebook sebagai Media E-Commerce 
Menurut data yang dimiliki Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2012, total ada 44,06 juta orang yang menggunakan situs jejaring sosial Facebook dan tercatat sebagai pengguna tertinggi keempat di dunia.[1] Bagi pengusaha yang jeli melihat kondisi ini maka dapat dijadikan pasar baru bisnis mereka. Bisnis via Facebook commerce sangatlah menjanjikan. Banyak kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh.
Pelaku F-Commerce dapat menjangkau wilayah pemasaran yang luas tanpa harus mengeluarkan biaya pemasangan iklan dan biaya untuk sewa tempat, selain itu konsumen juga dapat menghemat waktu tanpa harus datang ke lokasi dan Konsumen dapat memilih barang atau jasa yang diinginkan tanpa batas waktu. 
Perdagangan melalui F-Commerce tidak berjalan dengan mulus tapi juga ada kerugian yang dialami oleh pelaku F-commerce, diantara kerugian yang pernah dialami oleh pelaku F-Commerce adalah penipuan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, barang yang diterima oleh pembeli tidak sesuai gambar yang diberikan oleh penjual dan pembatalan pembelian barang secara sepihak. 
Trend F-Commerce saat ini 
Di tahun 2012 pengguna facebook terus meningkat. Dan ini mendorong e-commerce untuk merambah melalui social media, facebook. Seputarecommerce.blogspot.com di tahun 2011 memberikan data terkait penggunaan facebook sebagaimana berikut: 
  1.  500+ juta pengguna Aktif.250+ juta orang menggunakan facebook untuk websitenya
  2. 200+ juta pengguna facebook mengakses Facebook menggunakan mobile phone
  3. 700+ milyar menit perbulan dihabikan di Facebook
  4. 50% login setiap hari
  5. Rata-rata user mempunyai 130 teman
  6. Rata-rat user terkoneksi kedalam 80 community pages, groups and events
  7. Rata-rata user membuat 90 content setiap bulan
  8. 30 milyar content di sharing setiap bulannya
  9. 20 milyar applications terinstal setiap hari
  10. 10,000 new websites di integrasikan dengan facebook setiap hari
  11. 2.5 juta websites di Integrasikan dengan facebook
Bahkan facebook juga menambahkan berbagai aplikasi yang diharapkan dapat memanjakan para pelaku e-commerce.
Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan munculnya berbagai gadget baru cukup menggoda para pelaku facebook commerce untuk beralih media e-commerce. Dari yang awalnya melalui facebook kini beralih melalui bbm, chating. Bahkan dengan maraknya situs jul-beli online yang secara khusus dipahami masyarakat sebagai e-marketplace juga turut mendorong beralihnya pengguna f-commerce ke situs jual-beli online. Berdasarkan data dari m.portal.paseban.com, dari tahun 2011 hingga 2013 situs jual beli seperti kaskus, tokobagus, berniaga, multiplay, dan paseban termasuk situs jual-beli online terpopuler di Indonesia
Maka tak mengherankan jika 75% informan mulai beralih ke situs jual beli online. Informan B mengatakan meski ia masih memasarkan produknya melalui facebook, namun ia juga menggunakan bbm dan situs jual beli. Utamanya situs berniaga dan toko bagus. Informan C juga berpendapat bahwa apresiasi dari pembeli juga cukup banyak melalui kedua media ini dibandingkan dengan facebook. Oleh karenannya, meski tidak meninggalkan facebook secara keseluruhan, namun kehadiran facebook sebagai media ecommerce telah tergantikan dengan hadirnya situs jual beli dan aplikasi chating smartphone.

  1. F. Kesimpulan
         E-commerce adalah proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi termasuk internet. Beberapa orang mendifinisikan e-commerce secara sempit dan lebih suka menggunakan istilah e-bussiness sebagai e-commerce secara lebih luas. Padahal e-commerce bisa beragam bentuknya tergantung pada tingkat digitalisasi produk, prosesnya serta agen-agen perantaranya. Perkembangan e-commerce di Indonesia sendiri telah ada sejak tahun 1996, dengan berdirinya Dyviacom Intrabumi atau D-Net (www.dnet.net.id) sebagai perintis transaksi online. Dengan semakin meningkatnya penggunaan internet di Indonesia juga turut mendorong masyarakat untuk mulai melakukan e-commerce. Selain itu juga didorong oleh meningkatnya kebutuhan perubahan perilaku konsumen kelas sosial menengah di Indonesia yang sayangnya tidak didorong oleh kenyamanan berbelanja secara offline. Selain itu juga didukung dengan tren digital semakin menguatkan posisi e-commerce sebagai gaya hidup masyarakat digital.
         Sebagian besar pengguna internet Indonesia menggunakan internet untuk keperluan jejaring sosial, termasuk mengakses Facebook. Cara yang dilakukan oleh facebook commerce dalam menjalankan bisnis mereka dengan memposting gambar produk dan menandai teman-teman mereka. Tak lupa dicantumkan contact person pada gambar tersebut. Pembeli tinggal menghubungi nomor tersebut dan setelah deal pembeli akan mentransfer uang. Barang yang diinginkan dapat diterima pembeli melalui jasa pengiriman barang. Selain itu facebook juga menambahkan berbagai aplikasi lain yang diharapkan dapat memanjakan para f-commerce, seperti Facebook Offers, Highwire Social Store, Payvment’s E-Commerce Storefront, VendorShop, dan Storenvy aplikasi store.
                Keuntungan penggunaan  facebook sebagai media e-commerce ialah market yang luas dengan minimal biaya, dan penghematan waktu. Sementara kerugiannya ialah rentan penipuan, barang yang dibeli tidak sesuai dengan gambar, dan pembatalan secara sepihak. Meski facebook memiliki jumlah pengguna yang banyak dan aplikasi yang ditawarkan juga beragam, namun seiring dengan perkembangan teknologi, ternyata cukup menggoda para pelaku f-commerce untuk beralih media ke aplikasi chating smartphone dan situs jual-beli online.


[3] Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif : Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang : UMM Press), h56
[4] M. Suyanto, Strategi Periklanan pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia Edisi 1, (Yogyakarta : Andi. 2003), h13
[7] file:///C:/Users/user/Documents/Social%20Commerce%20%C2%BB%20F-Commerce.htm

No comments:

Post a Comment