Dulu aku selalu merasa putus asa, merasa bahwa hidupku ini tidak ada gunannya. Setiap yang aku lakuin selalu salah dan gak ada artinya bagi orang lain. Caci maki senantiasa aku dengar dari orang-orang terdekatku. "Kenapa aku gak bisa seperti mereka?" "Kenapa aku hanya begini-begini saja?" Selalu itu yang aku dengar. Sekeras apa pun aku berusaha menunjukkan bahwa aku juga bisa layaknya yang lain, tapi cacian itu terus berkumandang. Tak berhenti hanya dicacian, tapi juga dengan semua batasan yang mereka berikan. "Itu konyol, kamu gak akan bisa ngelakuin." "Apa yang kamu lakuin itu percuma saja, gak akan adanya gunannya." "Ah kamu gak akan bisa, kamu kan payah." "Sudahlah gak usah ngelakuin yang aneh-aneh, gak berguna itu.", dan beragam kata ejekan yang lain. Hingga akhirnya aku pun ikut putus asa dan membiarkan hidupku mengalir sebagai mana adanya.
Anehnya, justru orang lain sering menganggap aku pintar. Sejak aku SD hingga di bangku kuliah, predikat "pintar" seolah tertempel di kepalaku. Padahal nilaiku hanya "standart", aku juga bukan anak yang rajin buka buku untuk belajar. Kalau pun aku membaca yang aku hanya membaca novel dan komik. Aku juga bukan mereka yang aktif nempel dengan guru atau dosen, juga bukan orang yang senantiasa stand by di organisasi. Aku benar-benar membiarkan hidupku mengalir apa adanya. Bahkan tak banyak teman yang aku miliki. Aku lebih senang melakukan segalanya sendiri. Dan mereka, tetap memandangiku sebagai sosok yang "pintar".
Apa yang mereka pikirkan tentang diriku sejujurnya membuatku tak tahan. Aku tak sebaik yang mereka pikirkan. Bahkan aku jauh kalah sukses dari mereka. Hingga dalam suatu kesempatan aku memberanikan diri bertanya kepada mereka, "Apa yang membuat mereka menilai aku pintar?" Beragam alasan mereka berikan. Tapi itu masih tidak membuat aku puas. Jika memang aku pintar, kenapa aku tidak bisa bisa seperti yang lain, berhasil dengan kehidupan mereka. Aku masih tetap dengan kehidupanku yang "sangat biasa" tanpa ada suatu prestasi yang membanggakan. Bahkan untuk memulai mewujudkan mimpiku pun aku tak mampu.
Seiring dengan bertambahnya usiaku, mimpi-mimpiku terus menghantuiku. Setiap kali melihat orang lain sukses, aku hanya bisa menangis. Aku merasa menyesal, aku pernah dalam posisi mereka, dan seharusnya aku bisa mengambil kesempatan yang sama. Tapi yang aku lakuin adalah membuangnya. Aku benar-benar putus asa dan merasa tersiksa.
Hingga akhirnya, aku memberanikan diri keluar dari diriku saat itu. Tak peduli lagi dengan setiap caci yang akan keluar, atau bahkan tangan-tangan yang akan melarangku. Aku mulai mencuri waktu untuk mulai menyusun mimpiku dan membuat daftar apa yang ingin aku raih. Meski aku sempat tidak konsekuen dan kembali membiarkan kehidupanku mengalir, namun aku berhasil meraih mimpiku.
Mimpi yang pertama kali aku tulis adalah menyelesaikan kuliahku dalam waktu empat tahun pada tahun 2014. Meski sebenarnya aku ingin lulus dalam waktu 3.5 tahun. Namun karena aku harus cuti melahirkan aku pun menggesernya menjadi 4 tahun. Walau menurut yang lain, aku gak mungkin meraih mimpiku itu. Bukan hanya karena kehadiran si kecil yang akan menggangguku, tapi juga sistem perkuliahan yang berubah dan satu semester yang harus aku ulang. Tapi sunggu aku peduli. Aku tetap berusaha dengan setengah berlari, aku berhasil meraih mimpiku dengan nilai 3.6.
Setelah itu, aku percaya bahwa jika aku menjadikan mimpiku dalam blue print, aku benar-benar meraihnya. Aku pun mulai berani kembali bermimpi, meski masih dengan mencuri waktu. Satu mimpi kembali aku tulis lengkap dengan targetnya. Sedikit demi sedikit aku pun menuju jalan mencapainya. Meski perjuanganku masih lama, namun kini aku mulai memiliki kepercayaan diri untuk menata dan meraih mimpiku.
Jadi....silahkan kalian pun bermimpi. Dan mari bersama-sama kita meraih mimpi kita. Realistis bermimpi bukan berarti membatasi mimpi, tapi bagaimana menjadikan mimpi menjadi hal yang nyata. Dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. Nothing is impossible. Kejarlah mimpi sebelum ia pergi terbawa angin.
Sukses bisa diraih setiap orang, tetapi hanya sebagian orang yang benar-benar serius untuk menggapai sukes, sisanya... kebanyakan ngayal.
ReplyDelete