Oleh Hikmah Rofidah Lailiyah, disampaikan dalam acara "The Power of HIjab with Public Speaking"
Setiap
orang bisa berbicara, namun tak semua orang bisa menjadi pembicara. Seorang
pembicara tidak lahir dari bakat yang ia miliki atau pun dari segi keturunan,
tapi dari sebanyak apa ia belajar menjadi pembicara dan seberapa banyak jam
terbang yang ia miliki.
Siapa sih publik
speaker?
Sejatinya setiap orang bisa menjadi pembicara.
Seorang guru atau dosen yang sedang menjelaskan, seorang orator, seorang
pemimpin yang sedang berpidato, presentator hingga seseorang yang sekedar
bercerita kepada temannya tentang pengalamannya. Intinya seorang public speaker
adalah mereka yang berbicara di depan umum dengan tujuan-tujuan tertentu.
Apa saja tujuan
public speaker?
- Menginformasikan, dengan harapan pendengarnya meneruskan pesan yang sudah mereka dapatkan.
- Menjelaskan, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan mendapat pertanyaan selanjutnya.
- Meyakinkan dengan harapan memperoleh kepercayaan
- Mengajak dengan tujuan membuat orang lain bergerak dan mengubah perilaku, pola pikir, dan sikap.
Kesulitan menjadi
Public Speaking
Kesulitan
utama seorang public speaker dalam mengawali kegiatan ini adalah rasa takut.
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa public speaking adalah ketakutan nomor
dua dalam dunia kerja. Sebisa mungkin orang-orang sering menghindari hal yang
satu ini. Padahal kemampuan berbicara merupakan salah satu aspek yang
dipertimbangkan dalam memasuki dunia kerja.
Mengapa takut?
Sebelumnya
kita harus mengenali tanda-tanda ketakutan itu seperti apa. Secara umum tanda-tanda
ketakutan dalam berbicara di depan umum dapat dibagi menjadi dua,
yakni secara fisik dan mental. Contoh tanda ketakutan secara fisik ialah tubuh
yang gemetar, over acting pada salah satu anggota tubuh, dan nada suara yang
terdengar bergetar. Sedangkan secara mental contohnya ialah sulit berkosentrasi
atau blank.
Selanjutnya
setelah kita mengetahui tanda-tanda ketakutan kita, mulailah untuk mengidentifikasi
penyebab dari ketakutan kita tersebut. Apakah kita tergolong orang
yang sulit berkosentrasi, atau kita seorang yang kurang berpengalaman dalam
bidang berbicara di depan umum.
Setelah
kita mengetahui penyebabnya, mulailah memikirkan solusi atas permasalahan ketakutan
kita. Contohnya jika kita termasuk orang yang suka blank, buatlah catatan kecil
yang akan membantu kita mengingat apa saja yang harus disampaikan. Namun jika
kita tergolong orang yang takut karena jarang tampil di depan umum maka
mulailah perbanyak berbicara di depan umum, ambil setiap kesempatan berbicara di
depan umum kapan saja, meski hanya dalam lingkup kecil seperti rapat keluarga
atau rapat organisasi. Hal ini untuk menambah jam terbang sebagai public
speaker sehingga kita terbiasa tampil di depan umum.
Solusi Awal
menghadapi ketakutan
Beberapa
hal dapat anda lakukan untuk bisa mengatasi ketakutan anda ketika berbicara di
depan umum.
1.
Lakukan persiapan
Yang
termasuk dalam persiapan adalah:
- Banyak berlatih. Jika kita mengetahui topik yang harus kita sampaikan, mulainya menyusunnya dan mulailah berlatih dengan diawali berlatih di depan cermin. Sebagai langkah awal, kita bisa menyusun materi yang kita sampaikan mulai dari salam pembuka hingga salam penutup, termasuk kutipan, candaan yang akan kita sampaikan juga perlu untuk ditulis.
- Bertanya kepada penyelenggara tentang karakteristik audience sehingga materi yang disampaikan bisa tepat sasaran.
- Datang lebih awal untuk mengetahui kondisi lapangan, tempat kita menyampaikan materi. Hal ini agar kita bisa menguasai lapangan dan bisa menentukan gerak yang pas.
- Pandai dalam menggunakan bahasa tubuh, guna menyelaraskan antara ucapan dan gerakan
- Perhatikan penampilan karena ketika kita good looking maka akan meningkatkan rasa percaya diri kita.
- Buatlah catatan kecil untuk membantu kita mengingat apa saja yang akan kita sampaikan. Hal ini untuk melatih kita menyampaikan secara runtun dan fokus
- Jangan merendahkan diri, seringkali karena kita baru pertama berbicara di depan umum maka kita mengawali penyampaian kita dengan kalimat “karena ini kesempatan saya pertama, saya akan mencoba menjelaskan mengenai... saya mohon maaf apabila nanti dalam penyampaian saya tidak sesuai dengan yang diharapkan”. Wah kalau baru menyampaikan saja sudah tidak percaya diri dan merendahkan diri bagaimana audiens bisa menghargai kita?
- Perbanyak jam terbang. Semakin sering kita tampil berbicara di depan umum maka akan meningkatkan rasa percaya diri kita dan terbiasa untuk berbicara di depan umum.
- Biasakan untuk berpikir positif, jangan biarkan pikiran negatif meracuni kita dan menghambat potensi yang kita miliki. Jangan pernah bilang tidak bisa karena akan menghalangi kita untuk mencoba. Patahkan setiap pikiran negatif dengan pikiran positif.
- Yang terakhir jika masih saja merasa takut, tarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. Setelah tenang baru mulailah untuk menyampaikan. Jangan lupa untuk menatap mata audience dan menyapa mereka. Hal ini akan membuat audience merasa diperhatikan dan focus kepada pemateri.
Kekuatan
Persentasi
Bukan hanya materi dan menyapa audience untuk bisa
membuat kita sukses diingat dan diperhatikan audience, kita juga bisa melakukan
“jurus” penakluk pada pembukaan atau pun penutupan sebelum kita menyampaikan
presentasi.
- Menguasai jurus pembuka, bisa dilakukan dengan visual impact, melontarkan powerful questions, atau dengan menyampaikan kutipan yang terkenal. Tapi ingat kalimat pembukanya harus sesuai dengan materi ya.
- Menciptakan penutup yang membuat audience mengingat kita. Bisa dengan menggunakan ikrar, ajakan, story, atau pun pantun.
Menjadi
Pembicara yang Handal
Biasanya pembicara yang dikenang audiencenya dan
dianggap menarik adalah mereka yang mampu menguasai topic yang disampaikan.
Selain itu serorang public speaker handal adalah mereka yang mampu mengatasi
keadaan darurat dan mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan audiencenya.
Nah, jika saat menjadi pembicara tidak mampu menjawab
pertanyaan yang disampaikan audience, ada beberapa jurus
yang bisa dilakukan, misalnya:
- Membuat kelompok diskusi dari audience
- Menanyakan pengalaman audience yang lain
- Kembali bertanya kepada audience
- Menjadikannya sebagai pekerjaan rumah
- Mengatakan sejujurnya jika tidak mampu menjawab (tapi usahakan untuk tidak mengambil langkah yang terakhir ini ya, kecuali kalau memang sudah mentok tidak menemukan solusi J)
Refrensi:
Hasil kursus di Surabaya School of Public Speaking dan seminar-seminar public speaking
(tulisan ini masih membutuhkan perbaikan, jangan lupa untuk komentar, kritik dan sarannya ya...biar lebih baik lagi)
No comments:
Post a Comment