Wednesday, May 22, 2013

Bukan Sekedar Kader Militan


Hampir di setiap kali pertemuan, rapat atau pun musyawarah, para pimpinan harian selalu mengeluhkan kurangnya kader. Tidak hanya di muhammadiyah tapi hal ini juga dirasakan oleh hampir semua ortom muhammadiyah. Para generasi penerus yang telah didik dan dibina mulai dari IPM, satu persatu mulai rontok ketika mereka bertambah usia. Estafet perjuangan menjadi terhenti. Pada akhirnya kini muncul kader-kader karbitan, atau kader instan yang meneruskan perjuangan dan tentunya menimbulkan warna yang berbeda pada tubuh organisasi. Bahkan telah menjadi rahasia publik bahwa ketua umum Muhammadiyah saat ini, Pak Din Syamsudin, berasal dari Nahdlatul Ulama yang dinaturalisasi oleh Muhammadiyah.
Tentunya hal ini menjadi problem tersendiri bagi oragnisasi besar yang telah berusia satu abad ini, karena ternyata orang-orang yang menjalankan roda organisasinya tidak lahir dari rahim mereka sendiri. Oleh karennya tak mengherankan jika kemudian organisasi ini menjadi “dimanfaatkan” oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Pemintaan KH. A.Dahlan untuk tidak mencari penghidupan di Muhammadiyah kini hanya sekedar menjadi ucapan filosofi yang manis dibibir tapi entah bia terwujud atau tidak.
Ketika kemudian istilah militan berkembang luas di masyarakat, Muhammadiyah pun mulai mendengungkan hadirnya keder militan sejak beberapa tahun belakangan. Yang menjadi pertanyaan ialah seperti apakah kader militan itu. Apakah ia yang telah menuntaskan pengkaderan mereka sebagaimana aturan dalam AD/ART organisasi? Atau mereka yang telah dilantik menjadi pimpinan? Atau justru mereka yang dari kecil bersekolah di Muhammadiyah?
Kader militan bukanlah kader yang dibentuk dalam satu hari dari acara-acara pengkaderan. Atau orang-orang yang bersekolah di Muhammadiyah. Tapi kader militan ialah kader yang memiliki semangat yang tinggi, tidak mudah menyerah, cerdas dalam bertindak, dan terus memperbaiki dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Selain itu kader militan adalah kader yang ketika mendapat tugas dan mendengar perintah dari pimpinan meresponnya dengan cepat-cepat tanpa ragu atau berkomentar, karena ia memahami bahwa tugas dan perintah yang datang dari pimpinan adalah untuk segera dilaksanakan bukan untuk didiskusikan.
Namun yang dibutuhkan Muhammadiyah saat ini lebih dari seorang kader militan. Melain juga kader fundamental dan humanis. Kader fundamental adalah kader yang memiliki prinsip, prinsip untuk setia terhadap organisasi dan menjalankan perintah agama. Coba kita renungkan. Seringkali kita yang mengaku kader Muhammadiyah dan setia terhadap Muhammadiyah justru menduakan agama. Ketika kita asik rapat, kemudian terdengar adzan. Apa yang kita lakukan? Kita hanya berhenti untuk m\endengarkan adzan, bahkan meski rapat dihentikan sementara, kita tetap asik ngobrol hal yang lain dan bukan menjawab adzan. Setelah adzan selesai kita lanjut rapat dan shalat di akhir waktu. Inikah yang diartikan kita kader sejati Muhammadiyah?
Lalu bagaimana dengan kader yang humanis? Bukankah selama ini Muhammadiyah telah memiliki amal usaha yang menunjukkan sisi kemanusiaan anggotanya. Dan bukankan program-program Muhammadiyah dan ortom juga pro kemanusiaan. Coba kita renungkan hal ini. Ketika kita berorganisasi, sudahkah kita berteman dengan mereka tanpa memandang siapa mereka? Sudahkah dalam berMuhammadiyah kita tidak memiliki “gank” sendiri? Dan sudahkah kita bisa menerima orang lain yang berbeda ideologi dengan kita? Itulah yang dimaksudkan dengan sisi humanis disini.

Ketika kita sudah menjadi kader yang militan, fundamental, dan humanis, maka Muhammadiyah akan menjadi lebih kuat lagi. Karena ia memiliki kader-kader yang setia senantiasa penuh semangat. Semangat untuk berorganisai, berdakwah, bersosial, dan yang lebih penting semangat untuk menjalankan perintah agama sebagaimana yang dituntunkan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sehingga maksud dan tujuan Muhammadiyah dalam menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam untuk terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya bisa terwujud, amiiien.

No comments:

Post a Comment