Di tempat yang baru ini, aku kembali menemukan laki-laki yang perkasa. Dia memang tidak tampan, tak juga kaya. Tapi dia memiliki pesona, kharisma, yang membuatnya tampak berbeda. Bukan aku jatuh cinta padanya, tapi sungguh, kharisma yang ada padanya tak hentinya membuat aku berdecak kagum. Selalu ada orang-orang seperti ini dalam hidupku.Yang membuatku terpesona dengan kharisma yang mereka miliki. Meski aku akui, figur lelaki berkharisma selalu aku rindukan.
Pertama kali aku melihat pada teman SMPku. Dia tak tampan, kaya, atau pun pintar. Tingkahnya selalu membuat semua orang kesal. Tapi entah kenapa aku merasa ada yang berbeda dengan dia. Kala itu aku tak mampu menafsirkan apa yang aku maksudkan. Aku hanya mengaguminya, meski sebagian orang mengatakan aku kagum pada orang yang salah. Tapi aku tetap meyakini bahwa dia memang pantas untuk dikagumi.
Lama sekali aku baru bisa mengenalnya. Awalnya dari puisi. Aku memang tak pandai menyusun sajak dan kata-kata yang indah semacam itu. Tapi dia membalas puisiku dengan kata-kata yang membuatku berdecak kagum. Kita saling bertukar puisi, meski aku merasa kalah akan puisiku. Dari puisi, aku melangkah satu lagi mengenalnya. Dia bisa bermain musik. Puisi-puisi itu ia ubah ke dalam bait-bait lagu yang indah. Awalnya aku berpikir dia nyontek dari lagu-lagu indie yang tak boming. Hingga akhirnya, dia mengubah puisiku menjadi sebuah lagu. Sederhana, tapi cukup untuk membuatku percaya.
Sampai akhirnya kita kembali mengenal lebih dalam. Aku kini tahu keluarganya. Di usia kita yang masih seumur jagung, dia harus menjadi figur ayah untuk adik-adiknya. Bukan karena ia kehilangan ayahnya, tapi karena keadaan keluarganya yang broken home memaksanya untuk demikian. Aku kini tahu, pesonanya muncul karena masalahnya.
Beranjak SMA, kembali aku tertarik dengan seseorang yang menurut orang lain tak pantas untuk dicintai. Tapi buktinya banyak cewek yang kleper-kleper ma dia. Lucu memang, tapi aku tahu ada pesona yang bisa membutnya bisa menjatuhkan banyak hati wanita. Sayangnya tak banyak ingatanku tentang dia. Yang masih aku ingat, betapa aku dulu sangat merasa nyaman berbincang dengannya.
Di perguruan tinggi, salah seorang temanku memiliki pula pesona ini. Bukan karena usia dia yang memang sudah di atas kami, tapi kemampuan dia dalam mengayomi kami, perkataannya yang lebih bermutu, dan tingkahnya yang membuat kami segan padanya. Meski banyak pula teman ku yang seusia atau diatas usianya, kharismanya tetap tak terkalahkan. Yah....mungkin karena dia sudah menjadi kepala keluarga bagi ibu dan adik-adiknya.
Dan kini, rekanku. Dia begitu sabar dan telaten. Tak hanya kepada adik-adiknya atau keluarganya, tapi juga bagi kita semua. Dia begitu ringan tangan, tulus, dan melindungi kita semua. Hal itu membuatnya tampak mempesona meski ia tak tampan.
Yah...mereka adalah sebagian kecil laki-laki dengan kharisma yang mempesona. Di luar sana, pasti lebih banyak lagi. Tapi satu hal yang kini senantiasa aku percaya, meski ia tampan, kaya, dan pintar, kadang itu tak cukup untuk membuatnya berkharisma dan berharga untuk dicinta.
(haha...tulisan iseng, gak jelas, jadi jangan terlalu dipercaya karena hanya dari sudut pandang subyektifku saja)
No comments:
Post a Comment