Wednesday, May 25, 2011

cuRhat

bosan aku melihat media
tak hentinya beritakan perkara
yang tak juga ada ujungnya

jemu aku mendengar para penguasa
setiap hari mengumbar sumpah serapah
dan tak pernah ada bukti nyata

aku harus menjadi penerus bangsa
tapi mereka tak jua beri teladan
sedang aku tak tahu harus bertanya pada siapa

sampai kapan harus begini???
sedang tangis ibu pertiwi tak lagi berarti
haruskah semua tetap begini??????
dan harus berakhir di sini???????????


(fpg,iseng,24052011)

pElAnGi sAtu wArnA

aKu mAsih tetAp di sini
beRtahAn dAn beRusAha teGaR
meSki hAnyA seoRang diRi

hAnyA mAmpu menAtAp
memAndAnG tAk beRdAyA
hAncuRnyA pelAngi hArApAn

tAk Akan aKu biaRkAn
bAdai goYahkan seMua
dAn aKu akAn tetAp beRtahAn
meski kini pelanGi hanYa sAtu wArnA


(fpg,curhat,15052011)



MUSAFIR

dAlAm tiAp lAngkAh peRjAlAnNyA
ingin sAng musAfiR beRtAhAn
menikmAti sediKit kisAh
di teMpAt iA beRpijAk

tApi hAti memintAnyA tUk tetAp melAngkAh
menyusuRi setiAp wAktu dAn tempAt
beRusAhA dAn teRus mencARi
hAl yAng tAk jugA iA temui
yAng iA sendiRi pUn tAk mengeRti
ApA yAng sebenARnyA iA cARi

nAmun iA teTap melAngkAh
menuju bAtAs duniA
dengAn membAwA sejutA hArApAn
dAn beRibu imPiAn


(capink,31032011)



Sunday, May 8, 2011

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DIKALANGAN MAHASISWA



           Sejatinya narkoba berfungsi untuk menyembuhkan. Namun saat ini, narkoba telah beralih fungsi menjadi mematikan hingga menjadi musuh semua orang. Penggunaan narkoba yang tidak pada tempatnya menjadikan perilaku menyimpang. Selain itu, serangan narkoba yang tidak pandang bulu semakin membuat resah masyarakat. Tidak hanya menyerang masyarakat perkkotaan tapi juga merambah ke pedesaan. Mulai dari remaja hingga orang dewasa, rakyat biasa hingga selebritis pun tak luput dari serangannya. Yang semakin membuat miris ketika golonagan pelajar dan mahasiswa juda diperbudak oleh narkoba.

            Selama ini mahasiswa terkenal dengan semboyannya sebagai agent of change. Seharusnya dengan perannya tersebut mahasisiwa harus mampu menjadi pelopor dalam setiap sendi-sendi kehidupan, termasuk dalam hal pemberantasan narkoba. Tetapi jika mahasiswa sendiri telah terjebak dalam narkoba, bagaimana mungkin ia bisa menjadi the real agent of change. Pertanyaan yang muncul dalam benak setiap orang, bagaimana mungkin kaum terpelajar masih tergoda narkoba padahal telah mengetahui bahaya narkoba???? Bukankah sejak duduk di bangku sekulah telah dijelaskan mengenai hal tersebut?????

            Yang menarik ialah, justru dari bangku sekolah itulah para mahasiswa berkenalan dengan narkoba. Pengenalan yang hanya melalui gambar tak mmebuat mereka puas hingga kemudian menghantarkan mereka untuk mulai coba-coba mngkonsumsi narkoba. Yang awalnya  sekedar coba-coba berujung pada kecanduan. Dan agen social yang mendukung terjadinya proses tersebut ialah teman-teman dekat mereka. Dari mereka pula akhirnya lambat laun yang semula hanya pengguna meningkat menjadi kurir bahakan Bandar narkoba.

            Graham baliane mengemukakan penyebab remaja memakai narkobah ialah:
1)      ingin membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan berbahaya
2)      ingin mencari dan menemukan arti hidup
3)      untuk menghilangkan frustasi
4)      untuk sekedar rasa iseng
5)      untuk mengikuti teman-teman
Mahasiswa terkenal dengan energi dan emosi yang meluap-luap sehingga bagi mahasiswa pengguna narkoba, narkoba tidak hanya sebagai hal-hal di atas, tapi narkoba telah menjadi tuntutan gaya hidup. Apabiala mahasiswa yang berasal dari desa dan berlajar di kota besar. Kemudian ia bertemu dan berteman dengan anak-anak junkies (pecandu narkoba). Ia terpaksa mengkonsumsi narkoba hanya demi menyeimbangkan gaya hidupnya dengan teman-temannya dan dibilang “GAUL dan KEREN”

            Meski demikian, ada sebagian mahasiswa yang berhasil mengendalikan dirinya dalam mengkonsumsi narkoba. Dalam artian, mereka bisa menentukan kapan waktu yang tepat nagi mereka untuk mengkonsumsi narkoba. Apalagi bagi mereka yang sudah mengkonsumsi narkoba sejak bangku sekolah. Berbekal dari pengalaman dan mempertimbangkan efek yang diterima, mereka pun mengkonsumsi narkoba hanya di sat stress, tertekan, banyak masalah, dan banyaknya kegiatan yang menuntut keberanian dan rasa percaya diri yang tinggi. Sebaliknya ketika dalam kondisi santai mereka lebih memilih untuk tidak menggunakan narkoba. Tindakan yang mereka lakukan ini juga wujud upaya untuk melepaskan diri dari belenggu narkoba.

            Mengenai upaya pemberantasan penyalahgunaan narkoba tidak hanya cukup dengan penyuluhan, rehabilitasi, atau pemberian sanksi yang berat. Karena ternyata pemberian efek jera yang paling efektif ialah melalui teman dekat sesame junkies. Karena terlalu sering melihat teman-teman junkies mereka meninggal karena narkoba membuat beberapa mahasiswa pengguna narkoba memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba.

            Sayangnya, sambutan masyarakat terhadap para mantan junkies  masih kurang hangat. Para mantan junkies masih sering dikucilkan dan dipandang sebelah mata. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam teori labeling bahwa para pelaku penyimpang diberi label oleh masyarakat sekitar. Padahal seharusnya para mantan junkies kembali diajak pada sosialisasi yang lebih baik dan diberi kepercayaan kembali. Sehingga mereka bisa percaya diri dan tidak kembali kepada perilaku menyimpang. 


PUNK, SIMBOL KEBEBASAN

Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak. Berbagai aliran punk juga muncul. Diantaranya, Anarcho Punk, Crust Punk, Glam Punk, Hard Core Punk, Nazi Punk, The Oi atau Street Punk, Queer Core, Riot Grrrl, Scum Punk, The Skate Punk, Ska Punk, Punk Fashion.

Di Indonesia sendiri punk tak berbeda jauh dengan induknya yang berada di Inggris atau pun Amerika. Mereka bosan dengan segala peraturan dan tata karma yang ada. Semua peraturan tersebut hanya membuat kehidupan kaku dan membatasi kreatifitas. Mereka juga jengah dengan segala keteraturan, kemapanan dan kepalsuan materi. Kebanyakan anak-anak punk tersebut berasal dari keluarga kaya, broken home, dan penuh dengan tekanan. Punk merupakan wujud pemberontakan mereka terhadap kekakuan system yang ada selama ini. Karenanya mereka menciptakan dunia mereka sendiri, dengan peraturan dan budaya mereka sendiri sebagai wujud pertandinagn budaya yang selama ini ada.

Bentuk perlawanan mereka berupa apa yang mereka tampilkan dan kenakan. Bahkan setiap aksesorif yang mereka gunakan memiliki makna. Diantaranya, sepatu boot melambangkan anti penindasan, gembok terkatup yang digantung di pinggang menunjukkan ingin kebebasan. Selain itu lagu-lagu yang mereka ciptakan berbau sindiran dan tidak mengikuti selera pasar. Karenanya jarang sekali ada industry music yang mau menerima karya mereka. Tapi itu tidak membuat para punker berkecil hati. Karena perlawanan yang mereka lakukan berlandaskan keyakinan “We can do it”. Jadi meski tidak ada yang mengorbitkan lagu-lagu mereka, mereka berusaha sendiri merintis usaha rekaman dan didistribusi terbatas. Mereka juga menaungi band-band sealiran. Selain itu mereka pun membuka distro yang menyediakan perlengkapan punk, mulai dari aksesoris, t-shirt, buku, majalah, poster, jasa tato dan tindik. Produk yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang terjangkau. Distro merupakan implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja barang bermerk luar negeri.

Dengan penampilan mereka yang menurut sebagian orang aneh, brutal, dan jorok membuat punker dicap negative oleh masyarakat. Mereka sering kali dianggap sampah masyarakat dan tidak terlalu dihargai. Padahal ada sebagian komuitas punk yang sering bergerak di bidang social dengan membantu anak jalanan, anak panti asuhan, korban bencana alam, dan lain sebagainya. Bahkan mereka menjunjung tinggi etika untuk tidak terlibat tawuran dalam segi apa pun. Bagi mereka tampilan mereka yang “berbeda dan unik” tidak mematikan rasa social mereka. Mereka hanya ingin membebaskan diri mereka dari kekakuan yang ada dan berkreasi dengan semua ide yang mereka punya. Tidak peduli harus mengeluarkan biaya berapa pun.

Namun, memang ada sebagian komunitas punk yang hanya peduli denga kehidupan dirinya dan komunitasnya. Mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar komunitasnya. Karena menurut mereka punk tidak hanya bermakana kebebasan diri tapi juga keegoisan. Bahkan untuk menjadi anggota dari komunitas mereka tidaklah mudah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantaranaya menghindari kemapanan dengan tidak mandi dan makan makanan sampah. Bahkan ada pula yang mensyaratkan untuk duel minum-minuman keras. Meski begitu mereka tidak akan pernah mengusik orang diluar komunitasnya selama orang tersebut juga tidak mengganggu komunitasnya. Sehingga ada pembagian daerah kekuasaan dalam punker ini. Setiap komunitas memiliki daerah kekkuasaan sendiri yang tidak boleh dilewati bahkan diganggu. Komunitas lain boleh masuk daerahnya hanya ketika ada acara tertentu.

Bahkan ada pula punk yang hanya digunakan sebagai sekedar gaya sebagai akibat dari proses meniru budaya luar. Namun apa pun jenis punk tersebut, mereka adalah gambar dari orang-orang yang ingin membebaskan diri dan melawan kekakuan system yang ada saat ini dan membentuk budaya baru.